ITU PILIHANMU
“Ditaaaaaaaaa….!!!!!!!!”
Teriakan itu menyakiti telingaku
“Mengapa
kau harus berteriak Fita.? Aku tepat berada dihadapanmu” Aku sedikit marah
dengan Fita yang membuat telingaku sakit dengan teriakannya.
“Andai
saja kau tidak melamun, aku tidak akan berteriak Dita.!!! Apa sih sebenarnya
yang kau lamunkan? Hingga aku memanggilmu berkali – kali kau tidak
mendengarnya.? Dan itu buku, kau membacanya atau tidak.?” Kini Fita melotot dan
berkacak pinggang di hadapanku.
“Ada
apa kau memanggilku.?” Aku mengabaikan pertanyaan Fita. Fita hanya menarik
nafas mendengar pertanyaanku yang mengabaikan pertanyaannya.
“Kak
Ardi mencarimu”
“Kak
Ardi.? Mengapa ia mencariku.?” Tanyaku kembali dengan keheranan
“Hello.?
Aku bukan kak Ardi Dita yang bisa menjawab pertanyaanmu.!!!”
Aku
mengabaikan perkataan Fita. Aku duduk bersandar dikursiku dan membuka novel
yang sedari tadi ku pegang tanpa membaca.
“Hei.?”
Fita mengibaskan tangannya dihadapanku
“Ada
apa lagi sih Fit.?” Aku mulai marah pada Fita yang mengganggu ketenanganku
“Kau
tak pergi.?”
“Ya.Aku
terlalu malas untuk bergerak” jawabku
Fita
hanya menggeleng dan duduk dikursi sebelahku. Fita adalah sahabatku sejak
kecil, rumah kami berdekatan. Mama Fita bersahabat dengan mamaku, sejak kecil
aku selalu bersama dengan Fita, satu sekolah dengannya sejak Taman kanak –
kanak hingga kini kami duduk dibangku kelas 1 SMA. Selain Fita adalah
sahabatku, dia juga adalah orang aku kagumi. Fita selain pintar, ia juga rajin
dan hebat membagi waktunya. Fita mengikuti banyak eskul, nyaris setiap sore ia
ke sekolah. Aku terkadang heran dan bertanya pada diriku sendiri. Kapan ia
beristirahat.? Pagi hingga pukul 15.00 kami bersekolah, pukul 13.40 eskul dan
pulang pukul 18.00, malam harinya belajar dan mengerjakan tugas – tugas sekolah.
Dimana waktu istirahat Fita.? Aku menarik nafas mengingat jadwal Fita yang
menurutku jika aku jadi dia, sudah sejak lama aku mati. :-D
Bel
berbunyi menandakan waktu istirahat habis. Aku menutup novel yang tidak ku baca
“Lagi
– lagi kau melamun Dita” Fita kembali menegurku, aku hanya tersenyum mendengar
perkataan Fita.
“Apa
sebenarnya yang kau lamunkan Dit.? Kau punya masalah.?” Fita kembali bertanya.
Aku menatap matanya. Beginilah Fita, ia selalu mengkhawatirkanku.
“Tidak
ada Fit” kataku sambil tersenyum
“Kau
yakin.?”
“Iya”
“Ya
sudahlah, kalau kau punya masalah, jangan sungkan bercerita yah.?” Kini Fita
juga tersenyum.
“Ok”
kataku balas tersenyum dan mengacungkan jariku membentuk huruf O.
Tidak
terasa waktu berlalu begitu cepat, bel pulang pertanda berakhirnya pelajaran
untuk hari ini. Aku berjalan menuju parkiran bersama Fita.
“Dita.?”
Seseorang memanggilku, aku menoleh dan ternyata Sisi dan Fei.
“Ada
apa Fei.?” Tanyaku pada Fei saat jarak mereka denganku dekat.
“Tadi
aku, sisi, dan Robi sepakat mengerjakan tugas Bahasa Indonesia di rumah Sisi,
pukul 4 sore nanti” Kata Fei menjelaskan.
“Aduuuhhh.
Bagaimana ini.?” Tanyaku pada diri sendiri
“Ada
apa memangnya Dit.?” Kini Sisi bertanya padaku
“Pukul
4.30 sore nanti aku ada eskul Teater dan pulangnya pukul 5.30. Bagaimana ini.?
Bisakah aku tidak datang.?” tanyaku pada Fei dan Sisi
“Kamu
boleh saja datang atau tidak, tapi dengan catatan kalau kamu tidak datang
berarti nama kamu tidak dimasukkan dalam kelompok” jelas Fei
“Yah.
Bagaimana kalau pukul 7 malam saja mulainya, aku usahakan datang” kataku
menawarkan
“Yah
sudahlah kalau begitu, kebetulan malam nanti aku tidak ada acara dan sepertinya
Sisi juga tidak ada kan.?” Tanya Fei pada Sisi.
“Ya”
jawab Sisi singkat
“Ya
sudah. Kami tunggu kamu pukul 7 malam nanti” kata Fei kemudian
“Ok”
jawabku
Merekapun
pergi.
Setelah
sampai dirumah aku makan dan berganti pakaian lalu berangkat ke sekolah eskul
Teater. Aku pulang pukul 5.30. Sesampainya di rumah aku langsung saja menuju
kamar dan menghempaskan badanku di tempat tidur. Hari ini benar – benar
melelahkan. Aku berniat tidur namun aku mengingat ini sudah sore dan menjelang
maghrib, jadi ku batalkan niat ku untuk tidur. Setelah Sholat maghrib, aku
teringat dengan janjiku tadi siang sepulang sekolah.
“Aduhhh,
bagaimana ini.? Aku terlalu lelah untuk pergi” batinku
“Tapi,
kalau aku tidak pergi tugasku bagaimana.?” Tanyaku kembali pada diri sendiri
Hingga
jarum jam menunjukkan pukul 18.45 WITA aku memutuskan untuk tidak pergi.
“Biarlah,
tugasku bisa ku kerjakan nanti saja. Aku terlalu lelah untuk hari ini” Batinku.
Aku
kemudian melangkah ke meja belajarku dan melihat roster untuk besok.
Matematika
Bahasa
Indonesia
Kimia
Biologi
Sejarah
Indonesia
“Ya
ampuuuuunnnnnnnn……..” teriakku dalam hati
Besok
ada ulangan Biologi dan Sejarah Indonesia, lalu ada tugas Matematika dan Kimia.
Saat itu juga aku membuka buka matematika namun aku berubah fikiran dan
mengerjakan tugas kimia. Setelah itu aku belajar Biologi dan Sejarah Indonesia.
Namun aku lupa mengerjakan tugas Matematika karena kelelahan.
Keesokan
harinya. Saat aku baru saja akan meletakkan tasku. Fei memanggilku.
“Dita.?”
Panggil Fei
“Ada
apa Fei.?” Tanyaku seolah tidak tahu, padahal aku sudah tahu apa yang akan Fei
tanyakan.
“Semalam,
kenapa kamu tidak datang.?” Tanya Fei dan dugaanku benar
“Maaf
Fei. Semalam aku kelelahan jadi tidak bisa datang” jelasku
“Jadi
bagaimana ini.? Berarti nama kamu tidak bisa dimasukkan dalam tugas kali ini”
kata Fei
“Yah,
mau bagaimana lagi” kataku pasrah
“Ya
sudah deh, aku tidak bisa membantu ini sudah keputusan kita dari awal. Jadi
tugas kali ini nama kamu tidak dimasukkan” Jelas Fei
“Iya”
kataku singkat
Feipun
melangkah pergi.
“Kau
tidak mengerjakan tugas Bahasa Indonesiamu.?” Tanya Fita
“Ya”
jawabku singkat
“Kalau
Matematika bagaimana.?” Fita kembali betanya
“Sama”
jawabku lagi
“Yah
sudah. Ini buku ku, cepat salin lah” kata Fita menawarkan
“Tidak
Fit. Aku terlalu malas untuk mengerjakannya” kataku kemudian dan Fitapun diam.
Seharian
aku kena marah. Dimulai dari jam pelajaran matematika aku dimarahi abis –
habisan dengan Pak Tarto dan berakhir dikeluarkan dari kelas selama jam
pelajaran Matematika. Kedua Ibu Rena juga memarahi karena tidak ikut
mengerjakan tugas bahasa Indonesia dan lagi berakhir dikeluarkan dari kelas.
Dan hari ini aku menjadi penghuni kantin yang paling lama.
Sesampainya
di rumah aku langsung tidur. Aku terlalu lelah untuk hari ini. Aku terbangun
ketika matahari mulai kembali ke perpaduannya. Aku berjalan menuju kamar mandi
dan melewati Ibunda yang sedang memasak di dapur.
“Sudah
bangun yah Dinda.?” Tanya Ibunda
“Iya
Bunda” kataku singkat
Aku
tinggal berdua bersama Bunda. Aku anak tunggal, 3 tahun yang lalu saat aku
duduk dibangku kelas 1 sekolah menengah pertama, disaat – saat dimana aku
menjadi siswi baru dan merasakan sekolah yang sangat asing bagiku, ayahku
meninggal karena kecelakaan lalu lintas yang membuatnya meninggal di tempat
kejadian. Aku terkejut dengan kejadian tersebut. Berhari – hari aku tidak masuk
sekolah, namun Bunda terus saja menyemangati walaupun ku tahu Bunda juga masih
sedih dengan kepergian sosok ayah dalam kehidupan kami. Bunda selalu tersenyum
dan terlihat tegar, sehingga akupun tidak ingin mengecewakan Bunda dan
memutuskan kembali bersekolah. Waktu terus berjalan kamipun mulai merelakan
kepergian Ayah dan menjalani hidup berdua, meskipun sesekali aku merindukan
sosok ayah yang selama ini selalu menyayangiku dan Bunda ataupun aku iri ketika
aku melihat teman – temanku dijemput oleh ayahnya sepulang sekolah.
Lama
aku berdiam dikamar mandi, aku kembali menangis mengingat ayah yang terlalu
cepat meninggalkan kami dan mengahadap-Nya.
Setelah
sholat maghrib bersama bunda, kamipun makan. Karena besok hari minggu aku dan
bunda duduk berdua di teras rumah.
“Dinda.?”
Panggil Bunda lembut. Bunda jika dirumah memanggilku Dinda. Sewaktu aku
menanyakannya Bunda berkata itu panggilan sayangnya kepadaku.
“Iya,
Ada apa bunda.?” Tanyaku balik
“Ada
kejadian apa disekolah hari ini.?” Tanya bunda lagi. Aku tertegun dengan
pertanyaannya. Aku tidak bisa berbohong pada bunda. Aku diam dan bunda masih
menatapku lembut menunggu jawabanku. Ibu Rena pasti memberitahu Bunda. Ibu
Renakan temannya Bunda.
“Aku
dikeluarkan dari kelas Matematika dan Bahasa Indonesia” jawabku jujur
“Kok
bisa Dinda.?” Tanya Bunda dan masih dengan kelembutannya
“Aku
tidak mengerjakan tugas Bunda” jawabku lagi dengan menunduk
“Jangan
menunduk, Dinda. Ayo jelaskan pada bunda. Mengapa Dinda tidak mengerjakan tugas
sekolahnya.?” Tanya bunda
“Aku
terlalu lelah bunda” kataku. Bunda diam menunggu kelanjutan penjelasanku.
“Kemarin
ada eskul teater bunda, terus besokanya ada ulangan Biologi dan Sejarah
Indonesia. Ada tugas kimia, matematika, dan Bahasa Indonesia. Tugas bahasa
Indonesia itu tugas berkelompok dan bagi yang tidak datang mengerjakannya
namanya tidak akan dimasukkan. Terus karena kelelahan aku lupa mengerjakan
tugas matematika” jelasku
“Mengapa
tugasnya tidak di kerjakan jauh hari sebelumnya dinda.?” Tanya Bunda lagi
“Tidak
ada waktu bunda, selalu saja ada tugas dan eskul. Aku lelah bunda” kataku yang
ku rasa suaraku mulai meninggi dan akupun menunduk
“Seharusnya
dinda, bisa membagi waktunya” kata Bunda
“Tidak
bunda. Guru saja yang tidak bisa memahami kami dan memberikan kamu banyak
tugas” kataku
“Jangan
seperti itu Dinda” nasehat Bunda
Aku
menarik nafas dalam – dalam.
“Dinda.?”
“Ya
ibunda.?”
“Dinda
tidak boleh mengeluh, dinda harus semangat” kata bunda
“Tapi
Dinda lelah bunda, Dinda capek” keluhku yang kurasa mataku mulai memanas.
“Dinda
tidak boleh seperti itu, Dinda sendiri yang ingin bersekolah di SMA unggulan,
Bunda tidak pernah meminta Dinda bersekolah disana. Dinda sendiri yang memilih,
dinda sendirilah yang memilih jalannya dinda” kata bunda menasehatiku. Aku
hanya diam.
“Dinda
sudah besar, sudah tahu mana yang terbaik buat dinda. Bunda rasa dinda memilih
bersekolah disana karena menurut dinda itu jalan yang terbaik buat dinda. Bukan
seerti itu dinda.?”
“Iya
bunda” jawabku
“Dinda
yang memilihkan.?” Tanya bunda lagi
“Iya
bunda” jawabku kembali
“Jadi
dinda harus menerima dan bertanggung jawab dengan pilihan dinda. Dinda tidak
boleh mengeluh, dinda harus semangat, dinda harus melaksanakan kewajiban dinda
sebagai pelajar dan orang terpelajar” nasehat bunda
“Iya
bunda. Maafkan dinda, dinda tidak bertanggung jawab” kataku. Air mataku sudah
menetes sedari tadi. Bunda memelukku.
“Tidak
apa – apa dinda. Bunda sudah memaafkan Dinda” kata bunda
“Dinda
janji tidak akan mengulangi perbuatan dinda dan dinda akan lebih bertanggung
jawab” janjiku pada bunda.
Sejak
saat itu aku tidak pernah lagi tidak mengerjakan tugas – tugas sekolah. Benar
kata bunda, aku yang memilih jalanku dan aku harus bertanggung jawab, tidak
boleh mengeluh dengan apa yang telah ku pilih. Aku juga tidak ingin
mengecewakan Bunda. Aku teringat pesan Ayah sewaktu pertama kali masuk
SMP, iya mengantarku ke sekolah.
“Belajar
yang benar yah Sayang. Jangan kecewakan ayah dan Bunda”
~Selesai~
~Ozoga~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar