Hay.?

Aku dengan caraku. Karena Aku Berbeda.
Aku Berbeda. Maka Bedakan Aku

Sabtu, 06 September 2014

TAMAN KERINDUAN



TAMAN KERINDUAN
Seorang gadis yang mungkin berusia 15 tahun, sedang duduk sendiri dibangku taman kota. Sebentar – sebentar ia mengaduk – aduk es krim yang ada di tangannya lalu memandanginya, entah apa yang ada dibenaknya. Sepertinya ia sedang menunggu seseorang. Ada rasa lelah dan letih yang terpancar dari wajahnya, mungkin ia sudah menunggu terlalu lama. Ketika ia akan beranjak dari tempat duduknya seseorang menyerukan namanya.
“Jinaaannnn.?” Teriak seorang cowok yang mengenakan celana Jins dan T-Shirt.
Seketika langkah kaki gadis tersebut terhenti, ia berbalik melihat cowok yang memanggilnya dan sedang berlari ke arahnya. Aku berfikir mungkin dia adalah kekasihnya. Aku mencoba iseng mendekati mereka, aku duduk di bawah pohon yang rindang tak jauh dari mereka.
“Maafkan, aku Jinan. Aku membuatmu menunggu lama” sesal cowok itu
“Tidak apa – apa Rifqy” kata gadis bernama Jinan itu yang diiringi dengan senyuman
“Kau tak marah kan.?” Tanya cowok bernama Rifqy.
“Bagaimana mungkin aku bisa marah pada sahabatku Rifqy” kata gadis itu lagi dan senyumpun tergores dibibir mereka.
Nama gadis itu adalah Jinan dan cowok itu adalah Rifqy, keduanya adalah sahabat. Mereka duduk berdua, bertukar cerita, namun aku melihat Rifqy lebih banyak bercerita dibandingkan dengan Jinan, sesekali mereka tertawa. Aku memandangi Jinan, gadis lembut dengan senyum yang lembut pula. Ia menatap Rifqy penuh dengan kelembutan, ada sesuatu yang tersembunyi dari sudut matanya dan caranya melihat Rifqy. Ia begitu serius menyimak cerita Rifqy, seakan ia tak ingin melewatkan satu katapun. Hingga matahari akan kembali ke perpaduannya barulah mereka kembali.
Keesokan harinya, saat aku kembali duduk dibawah pohon yang kemarin. Aku melihat Jinan berjalan mendekati bangku tempat ia duduk kemarin. Lagi – lagi ia ke taman kota. Tak lama Rifqypun datang, namun kali ini ia tidak sendiri. Rifqy bersama seorang gadis. Aku refleks melihat ke arah Jinan. Dan saat itulah aku melihat wajah Jinan yang memancarkan perasaan cemburu. Kini aku mengerti, ternyata Jinan menyukai Rifqy sahabatnya.
“Kau sudah menunggu lama Jinan.?” Tanya Rifqy ketika ia sudah berjarak lebih dekat dengan Jinan.
“Tidak. Aku baru saja sampai” jawab Jinan di iringi senyuman
“Baguslah kalau seperti itu. Oh iya, kenalkan Jinan ini Hana pacarku dan Hana ini Jinan sahabatku” kata Rifqy memperkenalkan
Jinan mengulurkan tangannya untuk bersalaman dan Hana menerimanya.
“Jinan” kata Jinan memperkenalkan
“Hana” balas Hana.
Merekapun duduk bertiga dibangku kota. Aku memandangi mereka, semua terlihat bahagia, hanya saja ada yang berbeda dengan Jinan hari ini. Saat aku melewati mereka ketika menghampiri penjual es krim, aku merasakan ada aura kesedihan dari Jinan. Dan keyakinanku bertambah bahwa Jinan menyukai Rifqy semakin besar.
Dihari minggu sore, aku terkejut dengan pemandangn yang kulihat saat akan kembali duduk di bawah pohon rindang di taman kota. Saat itu aku melihat, Jinan dan Rifqy bertengkar. Jinan seperti menjelaskan sesuatu pada Rifqy namun Rifqy tetap marah. Dan aku lebih terkejutnya lagi, saat itu ternyata Jihan sedang menangis. Hingga Rifqy melangkah pergi, Jinan berteriak memanggil Rifqy.
“Rifqy  tungguuuuu …… aku bisa jelasin semuanya” teriak Jinan yang diabaikan oleh Rifqy. Jinan terus saja berteriak menyerukan nama Rifqy namun Rifqy sudah pergi. Jinan hanya bisa duduk menangis.
Setiap hari aku mengunjungi taman kota hanya sekedar duduk memperhatikan Jinan yang duduk menunggu Rifqy yang tak kunjung datang. Kini sudah 3 minggu sejak pertengkaran Jinan dan Rifqy, dan selama itu pula Jinan menunggu. Setiap hari ia duduk menunggu Rifqy dan akan kembali ketika menjelang malam dengan kekecewaan. Hingga diminggu keenam aku memberanikan diri menghampiri Jinan.
“Hai.?” Begitu caraku menyapanya pertama kali. Dan dia memandang ke arahku, lalu tersenyum.
“Boleh aku duduk.?” Tanyaku meminta izin
“Boleh” jawabnya sambil bergeser sedikit ke kiri. Aku duduk disebelah kanannya.
 “Abiy. Abiy Zaky” kataku memperkenalkan dan mengulurkan tanganku.
“Jinan. Jinan Lahfah” jawabnya membalas uluran tanganku.
“Nama yang indah” kataku memuji
“Terima kasih”
“Kau sedang menungggu seseorang.?” Tanyaku seolah tak tahu
“Ya” jawabnya singkat
“Bisakah aku menemanimu menunggunya.?” Tanya ku lagi
Ia memandangiku, lalu kembali beralih.
“Tidak” jawabnya. Aku terkejut.
“Kenapa.?” Tanyaku lagi
“Kau mengganggu ketenanganku” Jawabnya tanpa kusangka
“Baiklah aku akan pergi” kataku kemudian dan pergi.
Kini sudah satu tahun berlalu dan selama itu pula aku memandangi Jinan dari kejahuan yang sedang menunggu Rifqy sahabatnya yang ia sukai. Hingga suatu ketika, di hari sabtu sore aku tidak melihat Jinan dan hingga malam pun tiba aku tak kunjung melihatnya. Keesokan harinya kembali aku tidak melihat Jinan. Aku mulai bertanya – Tanya.
“Apakah ia sudah lelah menunggu.? Ataukah ia sudah bertemu dengan Rifqy.?”
Meskipun aku bertanya seribu kali, tak akan ada yang bisa menjawabku. Hingga sepasang remaja lewat.
“Kau lihat kemarin kan.?” Tanya laki – laki  itu pada sang gadis disebelahnya
“Ya. Aku melihatnya. Dia pergi dengan senyum menyedihkan, aku sampai – sampai menestakan air mata” jawab sang gadis
“Kau tahu.? Aku sering melihatnya duduk di taman ini. Mungkin ia menunggu seseorang” kata laki – laki itu lagi
“Benarkah.? Kasihan dia”
Aku berdiri menghampiri sepasang remaja tersebut.
“Maaf.?” Kataku mencegat mereka
“Ya ada apa.?” Tanya sang gadis padaku
“Saya tidak sengaja mendengar percakapan kalian. Bolehkah saya bertanya.?” Tanyaku
“Iya” kini laki – laki tersebut menjawabku
“Apakah yang kalian maksud adalah gadis yang setiap hari duduk disana.?” Tanyaku sambil menunjuk bangku dimana Jinan sering duduk.
“Ya. Apakah anda mengenalnya.?” Jawab laki – laki itu lagi
“Ya. Apa yang terjadi dengannya.?” Tanyaku lagi
“Kemarin iya tertabrak mobil truk. Dan ia meninggal di tempat kejadian” Jawab laki – laki itu lagi
Kemudian aku berterima kasih dan membiarkan sepasang kekasih itu melangkah pergi. Aku sangat sedih mendengar berita ini, aku duduk dibawah pohon, mengingat – ingat wajah Jinan dan tanpa ku sadari air mataku menetes. Kini aku sadar bahwa aku menyukai sosok Jinan yang lembut.
Waktu terus berlalu, kini sudah seminggu kepergian Jinan. Aku benar – benar merindukan sosok Jinan. Dulu, disini Jinan menunggu Rifqy dengan kerinduan yang mendalam, sekarang aku yang merindukan Jinan. Taman ini menjadi taman kerinduan seperti nama yang di miliki Jinan. Jinan Lahfah, Taman Kerinduan.


~Selesai~


~Ozoga~

Tidak ada komentar: