TAMAN KERINDUAN
Seorang
gadis yang mungkin berusia 15 tahun, sedang duduk sendiri dibangku taman kota.
Sebentar – sebentar ia mengaduk – aduk es krim yang ada di tangannya lalu
memandanginya, entah apa yang ada dibenaknya. Sepertinya ia sedang menunggu seseorang.
Ada rasa lelah dan letih yang terpancar dari wajahnya, mungkin ia sudah
menunggu terlalu lama. Ketika ia akan beranjak dari tempat duduknya seseorang
menyerukan namanya.
“Jinaaannnn.?”
Teriak seorang cowok yang mengenakan celana Jins dan T-Shirt.
Seketika
langkah kaki gadis tersebut terhenti, ia berbalik melihat cowok yang
memanggilnya dan sedang berlari ke arahnya. Aku berfikir mungkin dia adalah
kekasihnya. Aku mencoba iseng mendekati mereka, aku duduk di bawah pohon yang
rindang tak jauh dari mereka.
“Maafkan,
aku Jinan. Aku membuatmu menunggu lama” sesal cowok itu
“Tidak
apa – apa Rifqy” kata gadis bernama Jinan itu yang diiringi dengan senyuman
“Kau
tak marah kan.?” Tanya cowok bernama Rifqy.
“Bagaimana
mungkin aku bisa marah pada sahabatku Rifqy” kata gadis itu lagi dan senyumpun
tergores dibibir mereka.
Nama
gadis itu adalah Jinan dan cowok itu adalah Rifqy, keduanya adalah sahabat.
Mereka duduk berdua, bertukar cerita, namun aku melihat Rifqy lebih banyak
bercerita dibandingkan dengan Jinan, sesekali mereka tertawa. Aku memandangi Jinan,
gadis lembut dengan senyum yang lembut pula. Ia menatap Rifqy penuh dengan
kelembutan, ada sesuatu yang tersembunyi dari sudut matanya dan caranya melihat
Rifqy. Ia begitu serius menyimak cerita Rifqy, seakan ia tak ingin melewatkan
satu katapun. Hingga matahari akan kembali ke perpaduannya barulah mereka
kembali.
Keesokan
harinya, saat aku kembali duduk dibawah pohon yang kemarin. Aku melihat Jinan
berjalan mendekati bangku tempat ia duduk kemarin. Lagi – lagi ia ke taman
kota. Tak lama Rifqypun datang, namun kali ini ia tidak sendiri. Rifqy bersama
seorang gadis. Aku refleks melihat ke arah Jinan. Dan saat itulah aku melihat
wajah Jinan yang memancarkan perasaan cemburu. Kini aku mengerti, ternyata Jinan
menyukai Rifqy sahabatnya.
“Kau
sudah menunggu lama Jinan.?” Tanya Rifqy ketika ia sudah berjarak lebih dekat
dengan Jinan.
“Tidak.
Aku baru saja sampai” jawab Jinan di iringi senyuman
“Baguslah
kalau seperti itu. Oh iya, kenalkan Jinan ini Hana pacarku dan Hana ini Jinan
sahabatku” kata Rifqy memperkenalkan
Jinan
mengulurkan tangannya untuk bersalaman dan Hana menerimanya.
“Jinan”
kata Jinan memperkenalkan
“Hana”
balas Hana.
Merekapun
duduk bertiga dibangku kota. Aku memandangi mereka, semua terlihat bahagia,
hanya saja ada yang berbeda dengan Jinan hari ini. Saat aku melewati mereka
ketika menghampiri penjual es krim, aku merasakan ada aura kesedihan dari
Jinan. Dan keyakinanku bertambah bahwa Jinan menyukai Rifqy semakin besar.
Dihari
minggu sore, aku terkejut dengan pemandangn yang kulihat saat akan kembali
duduk di bawah pohon rindang di taman kota. Saat itu aku melihat, Jinan dan
Rifqy bertengkar. Jinan seperti menjelaskan sesuatu pada Rifqy namun Rifqy
tetap marah. Dan aku lebih terkejutnya lagi, saat itu ternyata Jihan sedang
menangis. Hingga Rifqy melangkah pergi, Jinan berteriak memanggil Rifqy.
“Rifqy tungguuuuu …… aku bisa jelasin semuanya”
teriak Jinan yang diabaikan oleh Rifqy. Jinan terus saja berteriak menyerukan
nama Rifqy namun Rifqy sudah pergi. Jinan hanya bisa duduk menangis.
Setiap
hari aku mengunjungi taman kota hanya sekedar duduk memperhatikan Jinan yang
duduk menunggu Rifqy yang tak kunjung datang. Kini sudah 3 minggu sejak
pertengkaran Jinan dan Rifqy, dan selama itu pula Jinan menunggu. Setiap hari
ia duduk menunggu Rifqy dan akan kembali ketika menjelang malam dengan
kekecewaan. Hingga diminggu keenam aku memberanikan diri menghampiri Jinan.
“Hai.?”
Begitu caraku menyapanya pertama kali. Dan dia memandang ke arahku, lalu
tersenyum.
“Boleh
aku duduk.?” Tanyaku meminta izin
“Boleh”
jawabnya sambil bergeser sedikit ke kiri. Aku duduk disebelah kanannya.
“Abiy. Abiy Zaky” kataku memperkenalkan dan
mengulurkan tanganku.
“Jinan.
Jinan Lahfah” jawabnya membalas uluran tanganku.
“Nama
yang indah” kataku memuji
“Terima
kasih”
“Kau
sedang menungggu seseorang.?” Tanyaku seolah tak tahu
“Ya”
jawabnya singkat
“Bisakah
aku menemanimu menunggunya.?” Tanya ku lagi
Ia
memandangiku, lalu kembali beralih.
“Tidak”
jawabnya. Aku terkejut.
“Kenapa.?”
Tanyaku lagi
“Kau
mengganggu ketenanganku” Jawabnya tanpa kusangka
“Baiklah
aku akan pergi” kataku kemudian dan pergi.
Kini
sudah satu tahun berlalu dan selama itu pula aku memandangi Jinan dari kejahuan
yang sedang menunggu Rifqy sahabatnya yang ia sukai. Hingga suatu ketika, di
hari sabtu sore aku tidak melihat Jinan dan hingga malam pun tiba aku tak
kunjung melihatnya. Keesokan harinya kembali aku tidak melihat Jinan. Aku mulai
bertanya – Tanya.
“Apakah
ia sudah lelah menunggu.? Ataukah ia sudah bertemu dengan Rifqy.?”
Meskipun
aku bertanya seribu kali, tak akan ada yang bisa menjawabku. Hingga sepasang
remaja lewat.
“Kau
lihat kemarin kan.?” Tanya laki – laki itu pada sang gadis disebelahnya
“Ya.
Aku melihatnya. Dia pergi dengan senyum menyedihkan, aku sampai – sampai
menestakan air mata” jawab sang gadis
“Kau
tahu.? Aku sering melihatnya duduk di taman ini. Mungkin ia menunggu seseorang”
kata laki – laki itu lagi
“Benarkah.?
Kasihan dia”
Aku
berdiri menghampiri sepasang remaja tersebut.
“Maaf.?”
Kataku mencegat mereka
“Ya
ada apa.?” Tanya sang gadis padaku
“Saya
tidak sengaja mendengar percakapan kalian. Bolehkah saya bertanya.?” Tanyaku
“Iya”
kini laki – laki tersebut menjawabku
“Apakah
yang kalian maksud adalah gadis yang setiap hari duduk disana.?” Tanyaku sambil
menunjuk bangku dimana Jinan sering duduk.
“Ya.
Apakah anda mengenalnya.?” Jawab laki – laki itu lagi
“Ya.
Apa yang terjadi dengannya.?” Tanyaku lagi
“Kemarin
iya tertabrak mobil truk. Dan ia meninggal di tempat kejadian” Jawab laki –
laki itu lagi
Kemudian
aku berterima kasih dan membiarkan sepasang kekasih itu melangkah pergi. Aku
sangat sedih mendengar berita ini, aku duduk dibawah pohon, mengingat – ingat
wajah Jinan dan tanpa ku sadari air mataku menetes. Kini aku sadar bahwa aku
menyukai sosok Jinan yang lembut.
Waktu
terus berlalu, kini sudah seminggu kepergian Jinan. Aku benar – benar
merindukan sosok Jinan. Dulu, disini Jinan menunggu Rifqy dengan kerinduan yang
mendalam, sekarang aku yang merindukan Jinan. Taman ini menjadi taman kerinduan
seperti nama yang di miliki Jinan. Jinan Lahfah, Taman Kerinduan.
~Selesai~
~Ozoga~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar