Hay.?

Aku dengan caraku. Karena Aku Berbeda.
Aku Berbeda. Maka Bedakan Aku

Minggu, 10 Agustus 2014

I Believe he is different (Epilog)



EPILOG

Hari terus ku lalui dengan senyuman, meskipun ada banyak hal yang membuatku bersedih namun aku tetap tersenyum. Banyak hal membuat ku menghargai kehidupan. Aku masih saja populer di sekolah dan masih menyandang status single. Kini sudah 1 bulan berlalu sejak putusku dengan Deni. Aku juga sudah pernah bertemu dengan Jihan. Saat itu Deni dan sahabatnya ke Bantaeng sekedar berjalan – jalan dan menikmati wisata alam di Bantaeng.
Aku langsung akrab dengan Jihan, memang sebetulnya kami sudah akrab namun sebatas telfon saja. Jihan cantik, putih, dan aku lebih tinggi darinya. Dia sangat baik, meskipun ia terlihat kurang akrab dengan sahabat – sahabat Deni mungkin karena masalah waktu. Lama kelamaan mungkin juga bisa akrab. Dari caranya ia melihat Deni, aku bisa tahu besar cintanya pada Deni. Aku bahagia Deni mendapatkan orang seperti Jihan.
Saat ini aku sedang duduk di meja belajarku mengerjakan tugas sekolahku, sesekali juga ku balas pesan dari teman – teman yang ku anggap sedang mencoba mencari perhatianku. Ketika aku teringat kelakuan mereka aku akan senyum – senyum sendiri. Disaat aku hampir menyelesaikan tugas sekolahku, ponselku berdering. Terpampang nama Jihan di layar ponselku. Akupun menekan tombol terima.
“Halo, kak.?”
“Iya. Dek.?”
“Lagi ngapain kak.?”
“Lagi ngerjain tugas kak.?”
“Tuh kan Jihan. Sudah ku katakan ia sedang belajar” kini ku dengar suara Deni
“Oh. Kaupun ada Den.?” Tanyaku mencoba memperjelas
“Ya. Hai.?”
“Yaelah. Pakai hai segala Den” kataku kemudian
“Aku ngeganggu tidak kak.?” Kini giliran Jihan yang bertanya
“Ohh. Tidak dek. Ini juga sudah hampir selesai”
“Baguslah kak, aku pengen ngobrol bareng kakak”
“Ya udah deh aku di matiin aja.” Deni angkat bicara
“Woaaah, dianya Ngambek dek” aku mencoba menggoda Deni
“Tau tuhh kak. Kak Deni sukanya ngambek mulu” ternyata Jihan menanggapi candaanku. Aku dan Jihanpun tertawa.
“Ya terus saja kalian. Jadiiin aku bahan tertawaan yah”
“Nggak lah kak” Jihan menimpali
“Jihan kau mau ku beritahu sesuatu” aku kemudian menawarkan cerita pada Jihan.
“Apaan kak.?” Bisa ku dengar nada ingin tahu Jihan dari cara ia menjawabku
“Kau pernah lihat Deni, kaku atau salah tingkah.?” Aku mencoba menahan tawaku.
“Ohhh. Stop Tasya. Itu tidak lucu. Ohh Ya ampunn” kini Deni memotongku
“Lanjut aja Kak. Emang kak Deni bisa salah tingkah juga gitu.?” Kini Jihan semakin bersemangat
“Kau kira dia patung dek tidak bisa salah tingkah.?”
Seketika aku dan Jihan terawa.
“Ohh. Tasya. Sudahlah jangan dilanjutkan. Ok.?”Kini Deni memohon
“Nggak ahh. Ini asyik tau kak” Jihan menimpali permohonan Deni
“Jangan dengarkan Jihan. Tasya Cuma ngawur” Deni membujuk Jihan
“Nggak Jihan ini benar – benar terjadi dan lucu bangett” aku memotong Deni
“Ayo kak. Lanjutkan saja ceritanya, aku benar – benar penasaran”
“Ohhhh. Yaaa Ammmpuuunnn” Deni mengeluh, aku dan Jihan tertawa.
“Kau sering jalankan bareng Deni.?”
“Nggak juga kak. Sekali – kali aja kalau lagi nggak ada kerjaan gitu”
“Okelah dek. Kau sudah pernah gandeng tangan Deni kalau jalan.?”
“Ohhh. Tasya sudahlah jangan di lanjutkan dong” Deni mencoba memotong pembicaraanku dengan Jihan. Aku dan Jihan kembali tertawa
“Mana berani kak”
“Ya udah dek. Langsung gandeng aja tangannya. Aku jamin deh kamu bakal tertawa ngeliat ekspresi Deni”
“Nanti deh ku coba kak” Jihan mengatakannya sambil tertawa
“Ya Ampun Jihan sayang, jangan dengar omongan Tasya” Deni kembali mencoba mencoba membujuk Jihan. Aku dan Jihan hanya tertawa.
“Tasya, apa – apaan sih, ngajarin Jihan tingkah konyol gitu” Kini Deni mencoba memarahiku.
“Oh ya.? Nanti deh kita lihat mana yang konyol. Ajaranku atau ekspresimu Deni.?”
Aku dan Jihan tak dapat menahan tawa lagi. Lama aku dan Jihan tertawa. Bisa ku duga wajah Deni seperti apa sekarang.
Setelah banyak cerita yang mengalir dari aku, Jihan, dan Deni pukul 21.30 WITA aku meminta pamit dengan Jihan dengan alasan ingin tidur namun sebenarnya bukan itu. Aku ingin membiarkan mereka berdua untuk berbicara tanpa aku sebagai orang ketiga.
Aku juga senang bisa mengenal Deni. Aku senang pernah menjadi orang dicintainya. Deni akan selalu berkorban untuk orang yang dicintainya namun ia tak ingin orang yang dicintainya berkorban untuknya. Deni memang hebat, dia berbeda.
Sejak awal, ketika aku menerima Deni sebagai pacarku. Aku percaya Deni akan berbeda dari orang lain, dia tidak akan pernah menyakitiku. Dan kini aku benar – benar percaya kalau Deni berbeda. I believe he’s different.
Sekarang Deni bersama Jihan orang mencintainya. Aku bahagia Deni bersama Jihan yang ku rasa ia adalah orang yang tepat untuk Deni, aku juga berharap suatu saat nanti Deni bisa membalas cinta Jihan. Dari suara Deni dapat ku tangkap nada bahagianya, aku juga ikut bahagia dan akan selalu mendoakan mereka untuk selalu bersama dan bahagia.
Kini tidak ada lagi hati yang sakit ataupun sosok yang berbeda. J


~TAMAT~



~Ozoga~

Tidak ada komentar: