Hay.?

Aku dengan caraku. Karena Aku Berbeda.
Aku Berbeda. Maka Bedakan Aku

Kamis, 24 April 2014

ANTARA AKU DAN DIA

ANTARA AKU DAN DIA

Semuanya terjadi begitu saja berawal dari kebersamaanku mengikuti suatu lomba dengan di damping oleh seorang guruku. Dia adalah seorang cowok yang cerdas, jenius dia sangat baik memang dia tidaklah begitu gagah namun kebaikan dan kecerdasan yang di milikinya yang membuatku ingin mengetahui dia lebih jauh. Dia orangnya sangat baik, itu menurutku. Kami berdua sering mengikuti lomba sehingga keakraban mendatangi kami. Karena keakraban,  kami sering bertukar pikiran dan terkadang juga kami berdebat karena satu permasalahan yang kami berbeda pendapat, meskipun kami sering berdebat namun tidak mambuat kami merasa tidak di hargai atau apalah, namun jarang kami berdebat tentang masalah-masalah yang tidak terlalu penting terkadang kami berdebat tentang pelajaran atau permasalahan sekitar lingkungan, karena seringnya terjadi perdebatan di antara kami berdua tidak membuat kami marah namun kami berdua semakin akrab, bertukar pikiran atau berdebat aku menyukainya. Dia memang baik namun ada satu sifat yang kurang baik di milikinya yaitu dia suka atau mudah marah, namun ini kata orang, aku belum mempercayainya karena selama aku kenal dan akrab dengannya belum pernah dia memarahiku.
Namaku Rildanata Lailina aku biasa di sapa Ailin, aku masih duduk di bangku SMA Dan cowok itu bernama Risky. Tempat kami berdua sering bertukar pikiran yaitu di perpustakaan sekolah. Awalnya hanya aku yang sering ke perpustakaan sekolah yaitu setiap jam istirahat setelah aku jajan di kantin sekolah.  Aku dan Risky sering di tunjuk oleh guru kami untuk mewakili sekolah dalam berbagai lomba, sebenarnya aku juga lumayan pintar sih namun tidak sebanding dengan kepintaran Risky, karena seringnya bersama akhirnya suatu hari Risky bertanya kepadaku waktu itu kami sedang istirahat sehabis lomba.
“Ailin kamu suka membaca yah.?”
“Yah lumayan” jawabku
“Pantas saja setiap jam istirahat aku ngeliat kamu di perpus”
“Yah.? Kamu sering ngeliatin aku yah.?” godaku ku
“Ya enggaklah, orang Cuma ngeliat kalau aku lewat depan perpustakaan”
“OOooo… Emangnya kenapa???”
“Nggak”
“Nggak??? Kata yang ku benci!!!”
“Ok … aku juga suka membaca tapi kalau di perpustakaan sekolah aku malas, habis kotor sih”
“OO … menurutku kalau kita punya kemauan membaca dimana saja bisa”
Risky tak menanggapi ucapanku.
Keesokan harinya pas jam istirahat Risky sudah ada di dalam perpustakaan saat aku datang, aku terkejut dan Riskypun memanggilku.
“Ailin ayo duduk di sini.!” kata Risky
Akupun menuju Risky, di sinilah awal keakraban kami, kami sering bersama pergi ke perpustakaan sekolah dan pulang bersama. Aku terlihat sangat akrab dengan Risky hingga semua orang mengira aku pacaran dengan Risky. Hari demi hari, bulan demi bulan berlalu. Hingga muncul perasaan yang berbeda. Sebenarnya sudah dari dulu, namun belum seberapa sih dan ternyata Risky juga mengalami itu.
“Lin.?” panggil Risky suatu hari di perpustakaan
“Ada apa Ris.?” tanyaku
“Kamu ada merasa berbeda nggak di antara kita selama ini.?”
“Maksud kamu apa Ris.?” tanyaku heran
“Dulu kita hanya sekedar teman dekat yang sering bersama mengikuti lomba, sekarang aku ingin kamu jadi pacarku”
Aku tertawa dengan kubuat-buat …
“Lin mengapa kamu tertawa.?”
“Ris kamu sudah gila nembak aku.?”
“Kenapa aku gila.?”
“Apa yang kamu bisa harapkan dariku.?”
“Kesabaranmu, kecerdasan yang kamu miliki”
“Aku nggak cerdas dan aku orangnya nggak sabaran.”
“Itu menurutmu tapi menurutku tidak”
“Sorry Ris aku nggak mau pacaran dulu”
“Kamu nggak mau atau di larang sama orang tua kamu.?”
“Aku di larang dan lagi pula aku juga yang nggak mau pacaran”
“Lin kita udah terlalu dekat dan akrab”
“Bukan berarti kita harus pacaran Ris aku ingin kita sebatas teman atau sebatas sahabat saja”
“Lin aku sangat sayang sama kamu aku suka kamu Lin.”
“Iya Ris aku tahu, aku juga suka sama kamu tapi usia dan keinginanku yang membatasi kita, Ris. Aku mohon jangan paksa aku.”
Risky terkejut dengan penuturanku. Ia terdiam lama. Keheninganpun tercipta, hingga ia kembali berbicara.
“Baiklah aku nggak akan memaksa kamu tapi kalau kamu ingin pacaran beritahu aku, aku janji Lin aku nggak akan pernah menyukai orang lain selain kamu cukuplah kamu wanita yang ku suka dan kamu akan menjadi orang pertama dan terakhir yang ku suka”
Ailin hanya tersenyum.
Beberapa bulan kemudian Aku dan Risky sibuk dengan belajar sebentar lagi aku akan ujian kelulusan.
Setelah ujian.  Aku akan kuliahku di kota Yogyakarta. Pada saat pengumuman hasil ujian ternyata sekolahku lulus 100%.
Perpisahan sekolah aku memberitahu Risky.
“Ris aku akan melanjutkan sekolahku di Yogyakarta”
Risky terkejut …
“Mengapa terlalu jauh Lin.?”
“Ini sudah menjadi kemaunku dan kemaun orang tuaku”
“Lin kita akan semakin jauh”
Aku hanya terdiam dan tak lama Handphoneku berbunyi,  ternyata mamaku …
“Ya ma.? ada apa.?” tanyaku setelah mengangkat telpon

“Sayang, kamu cepat pulangnya. mama udah minta izin ke gurumu.  2 jam lagi kita berangkat”

“Iya ma”
Aku duduk kembali. Risky terlihat sangat sedih.
“Sudahlah Ris jangan sedih kayak gini. Aku nggak akan pergi selamanya kan. Ris.?”
“Lin, mengapa kau masih terlihat kuat.? Apakah kau tidak menyukaiku lagi.?”
Aku memeluk Risky. Ku berkata dalam hati.
“Aku sangat, sangat menyukaimu, Ris. Namun ini perpisahan, aku harus pergi jauh darimu, aku harus mengejar cita – cita ku. Aku tidak bisa memikirkan masalah hati untuk saat ini Ris. Dan salah satu diantara kita harus ada yang kuat, agar perpisahan ini bisa terjadi”
“Ris aku minta maaf dua jam lagi aku berangkat, mamaku udah nelfon, aku harus pulang, jaga dirimu baik-baik aku sayang kamu, kalau aku memang di ciptakan hanya untuk kamu dan kamu di ciptakan hanya untuk aku, pasti kita akan bertemu dan bersatu. Selamat tinggal yah Ris aku sayang kamu”
Terpaksa Risky harus melepaskan kepergianku saat aku pergi aku sempat berbalik kulihat Risky duduk dengan kedua tangan menutup wajahnya.
Hatiku terasa sakit melihatnya. Ingin aku berbalik dan berlari ke arahnya. Memeluknya dan berkata aku tidak akan pergi. Namun aku tidak bisa, aku tidak punya pilihan selain pergi.
“Maafkan aku. Risky. Aku tidak bisa mengorbankan harapan orang tua ku dan cita – citaku hanya karena permasalahan hati”
Aku berjalan dengan air mata dan semakin menjauh. :’(

~~~ THE END ~~~


~Ozoga~


 

I BELIEVE HE IS DIFFERENT (part II)

I BELIEVE HE IS DIFFERENT (part II)

“Meskipun sekarang aku hanya melangkah pendek dan pelan, suatu saat nanti aku tak akan melangkah ke arahnya, suatu saat aku akan berlari ke arahnya, dan ku berharap saat aku berlari, ia masih ada dan tetap setia menungguku di sana"

Pengakuan Deni terakhir kali tidak membuat hubunganku dengannya merenggang, namun ku rasa seolah hal itu membuatku dengannya semakin dekat.
Hari ini awal bulan November, Hubunganku dengan kak’ Arya dan Deni semakin dekat. Namun sampai sekarang perasaan ku terhadap Rendra masih belum berubah dan itu menyakitiku. Deni selalu menghiburku dengan berbagai cerita lucunya. Terkadang, sesaat aku melupakan kesedihanku. Namun disaat aku menyendiri, aku kembali teringat dengan Rendra.
Deni lebih sering menelfonku akhir – akhir ini, Deni terlalu mengkhawatirkan keadaan ku. Aku sedang sibuk memikirkan hadiah ulang tahun Rendra tanggal 9 November. Berulang kali aku mencari ide, namun tak ada satupun ide yang terbesit di otakku dan rasa jengkel kemudian menghampiri ku. Dan di saat seperti itulah Deni selalu hadir untuk menghiburku. Seakan Deni adalah bayanganku. Yang selalu ada disaat apapun. Aku juga sibuk mencari cara untuk menghubungi Rendra karena aku tidak memiliki nomer handphone Rendra yang baru, ku coba menghubungi sepupunya untuk meminta nomor Rendra namun masih tak bisa. Dan berbagai cara ku lakukan. Hingga akhirnya Rendra yang memberiku nomornya saat aku sedang menelfon sepupunya.
Hingga tanggal 9 pun akan tiba tidak ada satupun ide. Jadi aku hanya mampu mengucapkan selamat kepadanya. Aku harus menjadi orang pertama yang mengucapkan Ulang Tahun kepadanya. Jadi aku menunggu pukul 00.01 WITA. Berulang kali aku menatap jam dinding rumahku. Sebenarnya aku tidak perlu repot – repot melakukan ini semua, toh diakan bukan siapa – siapa aku, tetapi dulu aku pernah berjanji pada diriku sendiri. Tepat pukul 00.01 WITA aku menghubunginya. Ku dengar suara di seberang sana yang bisa langsung ditebak, dia sedang tidur. Aku mengucapkan selamat Ulang tahun, setelah itu ku putus sambungan telfon tersebut.
Keesokan harinya. Semuanya berjalan seperti biasanya.
Malam hari. Saat aku sedang mengerjakan tugas sekolah, lagu peterpen “Semua tentang kita” terdengar dan itu berasal dari ponselku. Kulirik ponselku yang berada di sebelahku, terpampang nama Deni di layar ponselku. Ku tekan tombol jawab. Ku pasang Headset.
Deni : “Assalamualikum.”
Tasya : “Waalaikumsalam”
Deni : “Sibuk.?”
Tasya : “Lumayan”
Deni : “Ganggu yah.?”
Tasya : “Yah sepertinya begitu. Tapi tak apalah”
Deni : “Ok. Bagaimana kabarnya.?”
Tasya : “Baik”
Deni : “Bagaimana Ultah Rendra.?”
Tasya : “Biasa saja kan. Tidak ada yang begitu bagus. Hanya sekedar mengucapkan selamat saja”
Deni : “Yah, sepertinya begitu. Jadi bagaimana selanjutnya.?”
Tasya : “Selanjutnya apa.?”
Deni : “Maksud aku, sekarang kamu akan lakuin apa.? Tugas kamukan udah selesai dan nazar kamu sudah terpenuhi. Selanjutnya apa.?”
Tasya : “Sudah jelaskan Den, aku akan pergi dari kehidupannya. Aku tidak akan mengganggunya.”
Deni : “Kamu yakin Tasya.?”
Tasya : “Aku tidak punya pilihan kan Den.? Aku juga sudah terlalu lelah”
Deni : “Ku hargai keputusanmu. Tasya”
Tasya : “Thanks Den”
Deni : “ok”
Tasya : “Bahas yang lain aja yuk. Kamu pasti nelfon bukan cuma ingin mempertanyakan itukan.?”
Deni : “Sepertinya kamu hebat membaca fikiran orang.”
Dan ceritapun mengalir. Hingga larut malam mereka selesai. Setelah selesai ia melihat pesan masuk. Dari kak’ Arya.
From : Kak’ Arya
Sibuk amet sih dek’.? Telfonan sama siapa.? No.nya sibuk teruss.!
Ku acuhkan pesan kak Arya karena sekarang yang ingin ku lakukan hanya Tidur.
Hari – hariku berjalan seperti biasanya dengan Deni dan kak’ Arya yang selalu menemaniku. Meskipun terkadang Kak’ Arya sangat, sangat menjengkelkan.
Di hari senin malam selasa. Di tengah kesibukanku mengerjakan tugas sekolah deni menelfonku. Ku angkat namun tak ku hiraukan dia, namun iya mengerti dia hanya diam mendengarkan kediaman ku, hanya ada suara kertas yang di balik dan suara buku yang terjatuh jika aku tak sengaja menjatuhkannya.
Deni : “Tasya.?” Panggil Deni di tengah kediaman yang ku ciptakan.
Tasya : “Ya.?”
Deni : “Tidakkah kau berubah fikiran.?”
Tasya : “Berubah fikiran bagaimana Den.?”
Deni : “Tidakkah kau ingin menjadi pacarku.?”
Aku terdiam. Ku letakkan penaku, dan ku baringkan badanku di tempat tidur. Aku terdiam lama. Deni juga tak berbicara, mungkin iya menungguku.
Deni : “Tasya.? Aku tahu perasaanmu tak berubah terhadap Rendra. Aku mengerti, ku rasa itu wajar. Maafkan aku harus mengungkapkan perasaanku tapi aku tidak mampu menyimpannya terlalu lama” (suara Deni terasa berat)
Aku masih terdiam. Denipun begitu. Hingga aku mulai angkat bicara.
Tasya: “Den.?”
Deni: “Ya.?”
Tasya : “Tidakkah kau akan menyesal.?”
Deni : “Apa yang harus ku sesalkan Tasya.?”
Tasya : “Aku egois Den, aku mudah marah, dan aku plin plan”
Deni : “Aku tahu jelas itu Tasya”
Tasya : “Lalu kau masih ingin menjadikanku kekasihmu.?”
Deni : “Ya”
Tasya : “Aku tidak cantik dan aku tidak pintar”
Deni : “Apakah itu menjadi permasalahan.?”
Tasya : “Harusnya seperti Den. Kau memiliki segalanya. Kau putih, tinggi, pintar, gagah, dan kau selalu di kelilingi oleh perempuan”
Deni : “Menurut ku itu tidak harus, Tasya”
Tasya : “Lalu apa yang menjadi alasanmu mencintaiku.?”
Deni : “Apakah aku harus memiliki alasan untuk mencintaimu.?”
Tasya : “Ku rasa itu harus”
Deni : “Tidak. Itu tidak harus. Bagiku tidak ada alasan untuk mencintai seseorang”
Tasya : “Kalau memang seperti itu, Ku harap kau tidak akan menyesal Den, telah memilihku.”
Deni : “Ku anggap ucapanmu itu menerimaku. Iya kan.?”
Tasya : “Ya”
Deni : “Thanks Tasya. Kau memberiku kesempatan”
Tasya : “Ku harap kau bisa bersabar menghadapiku. Aku akan belajar mencintaimu”
Deni : “Kau tidak perlu mencintaiku Tasya cukup aku saja yang mencintaimu. Aku sudah cukup bersyukur kau berbalik menghadapku dan menerimaku, itu semua sudah lebih dari cukup Tasya.”
Tasya : “Aku bangga Den, aku punya orang sepertimu di sisiku”
Deni : “Dan aku lebih bangga lagi bisa berada di sisimu”
Tasya : “Ku harap jarak tidak membuat kita menyerah”
Deni : “Jarak tidak akan menjadi alasan untuk ku menyerah, Tasya.”
Tasya : “Bimbing aku ketika aku salah.”
Deni : “Ya. Dan marahi aku Tasya ketika aku berbuat salah juga”
Tasya : “Ya. Dan lagi – lagi ku berharap hubungan ini tidak menjadi alasan mengekang kebebasan kita”
Deni : “Ya. Hubungan bukan alasan untuk merenggut kebebasan kita.”
Tasya : “Dan kita akan berkata jujur, tidak ada yang perlu disembunyikan. Kita akan selalu berbagi baik itu disaat kita sedih maupun senang”
Deni : “Aku akan berjanji Tasya”
Tasya : “Aku juga”
Malam itu tanggal 11 November 2013, ku putuskan untuk berbalik dari Rendra dan menghadap ke Deni. Dan kukatakan pada diriku, “Meskipun sekarang aku hanya melangkah pendek dan pelan, suatu saat nanti aku tak akan melangkah ke arahnya, suatu saat aku akan berlari ke arahnya, dan ku berharap saat aku berlari, ia masih ada dan tetap setia menungguku di sana".  Terima kasih Deni, aku bangga kau memilih ku meskipun ada banyak yang lebih baik dariku di sekitarmu dan Jarak tidak akan menjadi pengahalang hubungan kita. :)

Tunggu cerita selanjutnya, sahabat ..... :)


~Ozoga~

Rabu, 23 April 2014

I BELIEVE HE IS DIFFERENT (Part I)

I BELIEVE HE IS DIFFERENT (Part I)

“Aku akan selalu ada dibelakangmu, mendukung, menyemangati, dan mengingatkan kau dalam setiap langkahmu” :)

Bulan itu bulan juli. Bulan yang menjadi awal perkenalan aku dan dia.
Saat itu aku sedang duduk disebuah gedung resepsi pernikahan, aku sedang menghadiri acara resepsi pernikahan sepupu mama. Sesekali aku mengaduk es krim ditanganku dan memandanginya. Entahalah Apa yang ada difikiranku saat itu, aku merasa jenuh, tak ada teman yang bisa ku ajak berbicara.
Tiba -  tiba aku merasa ada seseorang yang menghampiriku dan duduk di kursi sebelah ku. Aku berpaling melihatanya, seorang remaja lawan jenisku. Aku kembali berpaling memandang es krimku.
Aku merasa ia memperhatikanku. Aku agak risih. Tak lama ia mulai berbicara.
“Tasya.?” Tanyanya kearahku
“Ya. Maaf, apakah kau mengenalku.?” Tanyaku heran yang mengetahui namaku
“Ya. Aku mengenalmu. Aku Deni. Kau tak ingat.?” Tanyanya kembali kepadaku.
“Maaf, aku benar – benar tak mengenalmu” kataku polos lalu kembali mengaduk – aduk es krimku
“Bawa HP.?” Tanya yang bernama Deni lagi kepadaku
“Ya” jawabku singkat
“Boleh kupinjam.?” Tanyanya sambil mengulurkan tangannya meminta
Aku terdiam sesaat. Seakan otak dan fikirinku menggerakkan tanganku mengulurkan Hp ku kepada Deni.
Deni menerima Hpku dan terlihat ia sedang mengetikkan nomor dan terdengar lagu lama milik Acha dan Irwansyah, “My Heart”. Ia merogoh saku celananya dan ternyata itu Hp Deni. Kemudian Deni memberikan Hp ku kembali.
“Ok. Thanks. Aku akan menghubungimu” kata Deni dengan mengacungkan Hpnya dan berlalu.
Aku masih terdiam tak sadar dan tak tahu apa yang sedang terjadi. Aku hanya melihat punggung Deni yang semakin menjauh.
Aku memperhatikan Deni yang sedang berbincang dan tertawa bersama entahlah. Aku  mengenal beberapa dari mereka. Salah satunya adalah tante kecilku yang terlihat sangat akrab dengan Deni.
“Yah sudahlah. Ntar juga tau” kataku dalam hati.
Acara resepsi pernikahan sepupu mama berakhir. Aku sangat senang. Kejenuhankupun berakhir.
“Tasya.?” Seseorang memanggilka. Aku berbalik, ku lihat Deni berjalan menghampiriku bersama Mbak Lisa, tante yang berusia sama denganku.
“Ada apa mbak.?” Tanyaku pada mbak LIsa
“Foto bareng dulu yuk” Ajak Lisa menarik tanganku
Aku sebenarnya tak ingin, namun tak dapat pula ku tolak.
“Den, foto gue dulu deh” kata mbak Lisa kepada Deni
Aku meperhatikan Deni, ternyata Deni membawa kamera yang sedang digantungkan di lehernya.
“Ok. Senyum yah” kata Deni dengan mengambil pose ala photographer.
Aku terpaksa tersenyum. Deni mengambil gambar, dilihatnya kameranya.
“Ahh, senyumnya terpaksa amet sih” kata Deni kepadaku
Aku merasa gondok.
“Ulang aja deh” kata Lisa
“Ok” timpal Deni
Mereka berdua mengambil keputusan begitu saja tanpa bertanya kepadaku. Aku merasa jengkel. Namun aku kembali tersenyum. Terlihat Deni merasa puas.
“Ok. Ini bagus” kata Deni
“Eh. Lo lagi sini foto bareng Tasya” kata Lisa yang dengan sekejap mengambil kamera dari leher Deni.
Aku terkejut namun aku kembali berfoto dengan Deni. Ada rasa canggung juga sih.
Setelah itu Deni melihat hasil jepretan Lisa.
“Ok juga. Lo Lis” puji Deni
“Lisa gitu loh” Yang dipuji menimpali
Tak lama mama mama menghampiri kami.
“Tasya, ayo pulang” kata mama kepadaku
Mama melihat ke arah mbak Lisa dan Deni.
“Ehh, Deni. Sama siapa.?” Tanya mama kepada Deni yang seolah kenal
“Sama mama. Bude” jawab Deni
“Mamamu mana.?” Tanya mama lagi
“Lagi sama temannya Bude” jawab Deni lagi
“Tasya. Mas Deni sepupumu, anaknya Bude Linta” kata mama kepadaku
Aku mencoba mengingat. Ohh.! Aku ingat
“Oh ya.? Aku baru tau ma” kataku tersenyum kepada Deni dan Deni membalas senyumku
“Baiklah nak. Bude pulang dulu” kata mama ku pamit
“Iya bude” timpal Deni dan mbak Lisa
“Ok. Mbak aku pulang dulu” kataku pada mbak Lisa
“ok.” Balas mbak Lisa
“Mas, Den. Duluan” kataku lalu berbalik, aku ternyum dengan kata – kataku juga. Dan ku lihat Denipun merasa heran dan terkejut dengan ucapanku.
Keesokan harinya aku kembali ke Bantaeng.
Malam harinya dirumah, saat aku sedang sibuk membalas pesan – pesan  yang masuk di Hp ku, ku dapati no. yang tak ku kenal.
From : 085242xxxxxxxxxx
Malam. J
Aku memperhatikan no. tersebut namun tetap aku tak mengenalnya
To : 085242xxxxxx
Ya. Maaf, siapa.?
Selang beberapa menit.
From : 085242xxxxxx
Deni. Lupa.?
Aku mengingat – ngingat nama Deni, terlintas di fikiranku resepsi pernikahan.
To : 085242xxxxxx
Mas Deni gitu.?
Ku balas pesannya dengan bertanya balik, meyakinkan kalau itu memang Deni yang ku kenal di resepsi pernikahan sepupu mama. Tak lama hp ku kembali bergetar.
From : 085242xxxxxx
Ya. Dan nggak usah pakai mas ahh. Kayak bapak – bapak aja. -_-
Yah dan ternyata memang benar dia.
To : 085242xxxxxx
Ada apa Deni.? Ada yang bisa ku bantu.?
From : 085242xxxxxx
Tidak. Hanya sekedar menyapa saja. Bagaimana kabarmu.?
To : 085242xxxxxx
Alhamdulillah Baik. Kamu.?
From : 085242xxxxxx
Baik juga.
Peran itupun berlanjut hingga aku terlelap dengan Headset yang masih berada di telingaku ketika ku terbangun di pagi hari.
Ku buka Hp ku. 4 kotak masuk.
From : 085242xxxxxx
Have a nice dream. J
Kubuka pesan selanjutnya. Dan ternyata dari sahabat ku.
From : T_Rendra
Ok. Zowb.
Aku tersenyum membaca sms Rendra. Ok. Sedikit tentang Rendra. Dia adalah cowok yang ku suka sejak pertama ku lihat. Sekarang aku menjadi sahabatnya. Dia adalah kekasih temanku Tita. Entah apa yang ku suka darinya, dia tidak terlalu gagah, dia tidak terlalu pintar, tak ada yang begitu special, namun aku menyukainya.
Sms selanjutnya dari Kak’ Hendra. Aku sudah lama akrab dengannya, diapun pernah menyatakan perasaannya kepadaku, namun ku tolak dengan halus dengan alasan aku belum ingin berpacaran dan akhirnya kami dekat sebagai kakak adik.
From : Kak’ Hendra
Jangan lupa sholat dek., Have a nice dream.
Wsl….
Pesan selanjutnya dari Kak’ Arya yang akrab denganku akhir – akhir ini. Aku kenal dengannya karena telfon salah sambung pada pukul 2 dini hari di nomor adik ku. Keesokan harinya adek ku menelfon balik karena merasa jengkel. Tanpa ucap salam adek langsung saja memarahi kak’ Arya. Kemudian atas nama adik ku aku meminta maaf kepadanya menggunakan nomorku. Di situlah awal keakrabanku dengannya.
From : Kak’ Arya
Sudah sana tidur.! Jangan begadang melulu.!
Ku lihat jam. Pukul 5.30. aku bergegas bangun dan berwudhu untuk shalat. Setelah shalat aku berangkat sekolah. Bulan ini adalah bulan pertamaku di SMA. Tepatnya Di SMAN 1 Bantaeng.
SMAN 1 Bantaeng menggunakan kurikulum baru dimana kelas 1 sudah memilih jurusan yang namanya diganti dengan peminatan. Aku mengambil peminatan Sains. Dan aku bersyukur masuk di kelas X Sains 1 . Dan Aku sekelas dengan sahabatku Ririn dan Sinta. Aku duduk dengan Ririn yang memang sudah kuanggap lebih dari sahabat. Aku menganggapnya seperti saudaraku sendiri.
Hari – hari terus berlalu, hingga bulan ramadhan pun berlalu. Aku semakin akrab dengan Deni dan kak’ Arya. Sekarang Kak’ Hendra sudah punya pacar namanya Firda namun aku masih akrab dengannya. Dan Hubunganku dengan sahabatku Rendra merenggang, karena sekarang Rendra sudah mengetahui perasaanku terhadapnya. Aku sangat sedih aku merasa sangat kehilangannya. Sempat aku lost contact dengannya, namun beberapa hari aku kembali bisa berkomunikasi kembali dengannya meskipun tak seperti dulu lagi. Seolah ia menjaga jarak denganku. Hal itu sangat menyakitiku. Namun aku hanya bercerita kepada sahabatku Sinta yang juga kenal dengan Hendra dan sempat pula aku bercerita dengan Deni yang sekarang juga tempatku bercerita, ia selalu mendukung dan mensehatiku.
Belakangan ini aku sudah tahu banyak tentang Deni. Deni adalah anak tunggal, dia pintar dan lumayan gagah. SMP dia hanya 2 tahun (Akselerasi).Namun SMA ia tak melanjutkan Akselerasinya dengan alasan ia ingin menikmati sekolahnya, Namun menurutku ia tetap tak menikmati sekolahnya banyak Les dan eskul yang di ikutinya. Salah satunya adalah Basket. Deni memang hebat.
Waktu terus berlalu, malam sebelum ulang tahunku. Aku sempat akrab dengan Rendra. Lama aku menelfon dengannya. Banyak hal yang menjadi pembahasan kami malam itu. Semua pesan yang masuk ku abaikan. Malam itu aku sangat bahagia.
Keesokan harinya adalah hari ulang tahunku. Aku sangat berharap orang pertama yang mengucapkan Ulang Tahun kepadaku adalah Rendra atau Kak’ Hendra. Namun aku kecewa setelah ku buka pesan masuk ku. Ternyata Kak’ Arya yang mengucapkan Ulang tahun pertama di usiaku yang ke – 15 dan sahabatku Sinta yang ke – 2. Sedikit rasa sedih menghampiriku namun aku tetap tersenyum.
Aku berangkat ke sekolah. Di sekolah sahabatku Ririn yang mengucapkan Ulang tahun ke – 3 kepadaku. Aku senang.
Sepulang sekolah ku buka pesan masuk dan lagi – lagi ku harap itu pesan dari Rendra. Dan lagi aku harus kecewa pesan itu ternyata dari Deni sedikit terobati rasa sedih ku.
From : Manusia Aneh
Hy.? Maaf yah telat ngucap HBDnya. Aku ketiduran semalam. :)
Happy Birthday Tasya. Semoga panjang umur, tambah cantik, tambah rajin, dan sehat selalu. Jangan sedih terus yah. Umur makin tambah makin dewasa. Harus sabar menghadapi cobaan. Aku akan selalu mendukungmu. J Have a nice day, bidadari. :)
Aku tersenyum membaca pesan dari Deni lalu ku tekan reply.
To : Manusia Aneh
Iya. Nggak apa – apa. Thanks yah ucapannya.
Percakapan pesan singkat itu terus berlanjut hingga aku terlelap.
Malam harinya. Saat aku sedang tertawa dengan percakapanku bersama Deni di pesan singkat pesan dari kak’ Hendra
From : Kak’ Hendra
Maaf yah dek terlambat ngucapin Ulang tahunnya. Namun tidak ada kata terlambat untuk seseorang sepertimu. Kakak ucapkan selamat ulang tahun semoga panjang umur, sehat selau, makin cantik, makin pintar, makin sholeha, makin rajin. I Miss You. :)
Cukup senang dan terkejut aku membaca pesan singkat kak’ Hendra. Kemudian ku balas pesan singkat tersebut.
To : Kak’ Hendra
Makasih ucapannya kak’.
From : Kak’ Hendra
Iya. Sama – sama dek.
Kembali aku focus dengan Deni. Ceritapun mengalir. Tak lama Pesan dari sahabatku Rendra. Aku sangat senang melihat namanya terpampang di layar Hp ku. Tanpa membuang waktu ku buka pesan itu.
From :T_Rendra
Tidak saya sangka ternyata kita Tasya orang seperti itu.!
Dekkk.!! Aku terkejut. Pesan macam apa ini dari seorang sahabat.
To : T_Rendra
Ada apa Ren.? Aku nggak ngerti. :/
From : T_Rendra
Kenapa kau berkata seperti itu.
Aku semakin heran. Tanpa membuang waktu ku telfon Rendra. Rendra bercerita. Ternyata semua karena sahabatku Sinta yang memfitnahku. Di akhir telfon Rendra mengucapkan selamat ulang tahun namun tak ku terima ucapanya, hati ku sudah terlanjur sakit, air mataku pun tak mampu ku tahan lagi dan ku tahan emosi ku yang meluap – luap. Ku putuskan sambungan tersebut. Aku menangis sepuasnya. Aku tak menyangka sahabatku memberikan kado ulang tahun seperti ini dan orang yang paling kusayangi tega berkata seperti itu kepadaku,di hari bahagiaku. Air mataku terus mengalir. Deni sudah sejak tadi menelfonku, dia hanya diam membiarkanku larut dalam kesedihanku dia terus mendengarku menangis.
Setelah puas menangis, ku seka air mataku. Kutarik nafas dalam – dalam. Hingga Deni berbicara.
Deni : Tasya sudahlah. Lo jangan nangis terus. Ok.? Sekarang lo telfon balik Rendra. Selesaikan masalah lo.!
Tasya : Thanks yah Den. Lo udah baik banget sama gue.
Deni : No problome.
Setelah itu ku telfon kembali Rendra. Aku meminta maaf dan pamit tidak akan mengganggu kehidupannya lagi. Berulang kali iya meyakinyanku seolah semuanya tak pernah terjadi, namun hati tetap hati. Sekali tergores, meskipun sembuh bekasnya akan tetap ada. Hatiku sudah terlanjur sakit.


Aku terus berlari menghampirinya, mengejarnya namun tak sekalipun dia melirik ke belakang, dia terus berjalan. Aku berlari namun tak kunjung ku mampu menggapainya, seakan terdapat tembok yang membatasi dan tak mampu ku tembus meskipun dengan berbagai usahaku. Lama, lama, lama aku mencoba terus mengejarnya namun tak ada tanda - tanda sebuah keberhasilan.
Sejak saat itu hubunganku dengan Rendra semakin renggang, di hari awal aku mulai menghindarinya sering ku mengiriminya 50 pesan kosong hingga suatu malam ia sangat marah. Di saat itulah aku menjauh darinya. Aku mendiami Sinta di sekolah selama seminggu namun ku putuskan untuk memaafkannya.
Waktu terus berjalan aku semakin dekat dengan Deni dan Kak’ Arya. Akupun masih sering bertukar pesan dengan kak’ Hendra meskipun tak sesering mungkin. Kak’ Arya berulang kali menyatakan perasaannya kepadaku namun ku tolak dengan alasan yang sama saat aku menolak kak’ Hendra, lagipula Kak’ Arya ku anggap sebagai kakak. Sulit bagiku merubah perasaanku. Selain itu rasa suka ku pada Rendra masih tetap tak berubah sedikitpun.
Di bulan oktober. Di suatu malam Deni menyatakannya perasaannya kepadaku.
Deni : Tasya ada yang pengen aku omongin.
Tasya : Ada apa Den.?
Deni : Aku suka kamu
Dekkkk.!!! Aku terkejut
Tasya : Den, kamu kan tahu aku masih menyayangi Rendra. Bagaimana aku bisa menerimamu ketika ada orang lain yang menguasai fikiranku. Aku minta maaf, Den.
Deni : Tidak apa – apa Tas. Aku mengerti kok.
Tasya : Deni, kau jangan marah yah.? Kau tidak akan pergi kan.?
Deni : Aku tidak akan pergi Tasya. Aku akan selalu ada dibelakangmu, mendukung, menyemangati, dan mengingatkan kau dalam setiap langkahmu. :)
Tasya : Thanks Den. :)
Malam itu aku sangat senang. Entah mengapa aku takut kehilangan sosok Deni yang belum lama ini hadir di kehidupanku. Entahlah Aku tak tahu. Aku tahu ada Deni disisiku tempat ku bercerita. Namun aku tidak pernah menganggap Deni sebagai sahabat. Entahlah, ku harap kebingunganku sekarang akan terjawab nantinya. :)



Sampai disini cerita ku sahabat, tunggu kelanjutannya yah ..... :)



~Ozoga~