Hay.?

Aku dengan caraku. Karena Aku Berbeda.
Aku Berbeda. Maka Bedakan Aku

Rabu, 23 April 2014

I BELIEVE HE IS DIFFERENT (Part I)

I BELIEVE HE IS DIFFERENT (Part I)

“Aku akan selalu ada dibelakangmu, mendukung, menyemangati, dan mengingatkan kau dalam setiap langkahmu” :)

Bulan itu bulan juli. Bulan yang menjadi awal perkenalan aku dan dia.
Saat itu aku sedang duduk disebuah gedung resepsi pernikahan, aku sedang menghadiri acara resepsi pernikahan sepupu mama. Sesekali aku mengaduk es krim ditanganku dan memandanginya. Entahalah Apa yang ada difikiranku saat itu, aku merasa jenuh, tak ada teman yang bisa ku ajak berbicara.
Tiba -  tiba aku merasa ada seseorang yang menghampiriku dan duduk di kursi sebelah ku. Aku berpaling melihatanya, seorang remaja lawan jenisku. Aku kembali berpaling memandang es krimku.
Aku merasa ia memperhatikanku. Aku agak risih. Tak lama ia mulai berbicara.
“Tasya.?” Tanyanya kearahku
“Ya. Maaf, apakah kau mengenalku.?” Tanyaku heran yang mengetahui namaku
“Ya. Aku mengenalmu. Aku Deni. Kau tak ingat.?” Tanyanya kembali kepadaku.
“Maaf, aku benar – benar tak mengenalmu” kataku polos lalu kembali mengaduk – aduk es krimku
“Bawa HP.?” Tanya yang bernama Deni lagi kepadaku
“Ya” jawabku singkat
“Boleh kupinjam.?” Tanyanya sambil mengulurkan tangannya meminta
Aku terdiam sesaat. Seakan otak dan fikirinku menggerakkan tanganku mengulurkan Hp ku kepada Deni.
Deni menerima Hpku dan terlihat ia sedang mengetikkan nomor dan terdengar lagu lama milik Acha dan Irwansyah, “My Heart”. Ia merogoh saku celananya dan ternyata itu Hp Deni. Kemudian Deni memberikan Hp ku kembali.
“Ok. Thanks. Aku akan menghubungimu” kata Deni dengan mengacungkan Hpnya dan berlalu.
Aku masih terdiam tak sadar dan tak tahu apa yang sedang terjadi. Aku hanya melihat punggung Deni yang semakin menjauh.
Aku memperhatikan Deni yang sedang berbincang dan tertawa bersama entahlah. Aku  mengenal beberapa dari mereka. Salah satunya adalah tante kecilku yang terlihat sangat akrab dengan Deni.
“Yah sudahlah. Ntar juga tau” kataku dalam hati.
Acara resepsi pernikahan sepupu mama berakhir. Aku sangat senang. Kejenuhankupun berakhir.
“Tasya.?” Seseorang memanggilka. Aku berbalik, ku lihat Deni berjalan menghampiriku bersama Mbak Lisa, tante yang berusia sama denganku.
“Ada apa mbak.?” Tanyaku pada mbak LIsa
“Foto bareng dulu yuk” Ajak Lisa menarik tanganku
Aku sebenarnya tak ingin, namun tak dapat pula ku tolak.
“Den, foto gue dulu deh” kata mbak Lisa kepada Deni
Aku meperhatikan Deni, ternyata Deni membawa kamera yang sedang digantungkan di lehernya.
“Ok. Senyum yah” kata Deni dengan mengambil pose ala photographer.
Aku terpaksa tersenyum. Deni mengambil gambar, dilihatnya kameranya.
“Ahh, senyumnya terpaksa amet sih” kata Deni kepadaku
Aku merasa gondok.
“Ulang aja deh” kata Lisa
“Ok” timpal Deni
Mereka berdua mengambil keputusan begitu saja tanpa bertanya kepadaku. Aku merasa jengkel. Namun aku kembali tersenyum. Terlihat Deni merasa puas.
“Ok. Ini bagus” kata Deni
“Eh. Lo lagi sini foto bareng Tasya” kata Lisa yang dengan sekejap mengambil kamera dari leher Deni.
Aku terkejut namun aku kembali berfoto dengan Deni. Ada rasa canggung juga sih.
Setelah itu Deni melihat hasil jepretan Lisa.
“Ok juga. Lo Lis” puji Deni
“Lisa gitu loh” Yang dipuji menimpali
Tak lama mama mama menghampiri kami.
“Tasya, ayo pulang” kata mama kepadaku
Mama melihat ke arah mbak Lisa dan Deni.
“Ehh, Deni. Sama siapa.?” Tanya mama kepada Deni yang seolah kenal
“Sama mama. Bude” jawab Deni
“Mamamu mana.?” Tanya mama lagi
“Lagi sama temannya Bude” jawab Deni lagi
“Tasya. Mas Deni sepupumu, anaknya Bude Linta” kata mama kepadaku
Aku mencoba mengingat. Ohh.! Aku ingat
“Oh ya.? Aku baru tau ma” kataku tersenyum kepada Deni dan Deni membalas senyumku
“Baiklah nak. Bude pulang dulu” kata mama ku pamit
“Iya bude” timpal Deni dan mbak Lisa
“Ok. Mbak aku pulang dulu” kataku pada mbak Lisa
“ok.” Balas mbak Lisa
“Mas, Den. Duluan” kataku lalu berbalik, aku ternyum dengan kata – kataku juga. Dan ku lihat Denipun merasa heran dan terkejut dengan ucapanku.
Keesokan harinya aku kembali ke Bantaeng.
Malam harinya dirumah, saat aku sedang sibuk membalas pesan – pesan  yang masuk di Hp ku, ku dapati no. yang tak ku kenal.
From : 085242xxxxxxxxxx
Malam. J
Aku memperhatikan no. tersebut namun tetap aku tak mengenalnya
To : 085242xxxxxx
Ya. Maaf, siapa.?
Selang beberapa menit.
From : 085242xxxxxx
Deni. Lupa.?
Aku mengingat – ngingat nama Deni, terlintas di fikiranku resepsi pernikahan.
To : 085242xxxxxx
Mas Deni gitu.?
Ku balas pesannya dengan bertanya balik, meyakinkan kalau itu memang Deni yang ku kenal di resepsi pernikahan sepupu mama. Tak lama hp ku kembali bergetar.
From : 085242xxxxxx
Ya. Dan nggak usah pakai mas ahh. Kayak bapak – bapak aja. -_-
Yah dan ternyata memang benar dia.
To : 085242xxxxxx
Ada apa Deni.? Ada yang bisa ku bantu.?
From : 085242xxxxxx
Tidak. Hanya sekedar menyapa saja. Bagaimana kabarmu.?
To : 085242xxxxxx
Alhamdulillah Baik. Kamu.?
From : 085242xxxxxx
Baik juga.
Peran itupun berlanjut hingga aku terlelap dengan Headset yang masih berada di telingaku ketika ku terbangun di pagi hari.
Ku buka Hp ku. 4 kotak masuk.
From : 085242xxxxxx
Have a nice dream. J
Kubuka pesan selanjutnya. Dan ternyata dari sahabat ku.
From : T_Rendra
Ok. Zowb.
Aku tersenyum membaca sms Rendra. Ok. Sedikit tentang Rendra. Dia adalah cowok yang ku suka sejak pertama ku lihat. Sekarang aku menjadi sahabatnya. Dia adalah kekasih temanku Tita. Entah apa yang ku suka darinya, dia tidak terlalu gagah, dia tidak terlalu pintar, tak ada yang begitu special, namun aku menyukainya.
Sms selanjutnya dari Kak’ Hendra. Aku sudah lama akrab dengannya, diapun pernah menyatakan perasaannya kepadaku, namun ku tolak dengan halus dengan alasan aku belum ingin berpacaran dan akhirnya kami dekat sebagai kakak adik.
From : Kak’ Hendra
Jangan lupa sholat dek., Have a nice dream.
Wsl….
Pesan selanjutnya dari Kak’ Arya yang akrab denganku akhir – akhir ini. Aku kenal dengannya karena telfon salah sambung pada pukul 2 dini hari di nomor adik ku. Keesokan harinya adek ku menelfon balik karena merasa jengkel. Tanpa ucap salam adek langsung saja memarahi kak’ Arya. Kemudian atas nama adik ku aku meminta maaf kepadanya menggunakan nomorku. Di situlah awal keakrabanku dengannya.
From : Kak’ Arya
Sudah sana tidur.! Jangan begadang melulu.!
Ku lihat jam. Pukul 5.30. aku bergegas bangun dan berwudhu untuk shalat. Setelah shalat aku berangkat sekolah. Bulan ini adalah bulan pertamaku di SMA. Tepatnya Di SMAN 1 Bantaeng.
SMAN 1 Bantaeng menggunakan kurikulum baru dimana kelas 1 sudah memilih jurusan yang namanya diganti dengan peminatan. Aku mengambil peminatan Sains. Dan aku bersyukur masuk di kelas X Sains 1 . Dan Aku sekelas dengan sahabatku Ririn dan Sinta. Aku duduk dengan Ririn yang memang sudah kuanggap lebih dari sahabat. Aku menganggapnya seperti saudaraku sendiri.
Hari – hari terus berlalu, hingga bulan ramadhan pun berlalu. Aku semakin akrab dengan Deni dan kak’ Arya. Sekarang Kak’ Hendra sudah punya pacar namanya Firda namun aku masih akrab dengannya. Dan Hubunganku dengan sahabatku Rendra merenggang, karena sekarang Rendra sudah mengetahui perasaanku terhadapnya. Aku sangat sedih aku merasa sangat kehilangannya. Sempat aku lost contact dengannya, namun beberapa hari aku kembali bisa berkomunikasi kembali dengannya meskipun tak seperti dulu lagi. Seolah ia menjaga jarak denganku. Hal itu sangat menyakitiku. Namun aku hanya bercerita kepada sahabatku Sinta yang juga kenal dengan Hendra dan sempat pula aku bercerita dengan Deni yang sekarang juga tempatku bercerita, ia selalu mendukung dan mensehatiku.
Belakangan ini aku sudah tahu banyak tentang Deni. Deni adalah anak tunggal, dia pintar dan lumayan gagah. SMP dia hanya 2 tahun (Akselerasi).Namun SMA ia tak melanjutkan Akselerasinya dengan alasan ia ingin menikmati sekolahnya, Namun menurutku ia tetap tak menikmati sekolahnya banyak Les dan eskul yang di ikutinya. Salah satunya adalah Basket. Deni memang hebat.
Waktu terus berlalu, malam sebelum ulang tahunku. Aku sempat akrab dengan Rendra. Lama aku menelfon dengannya. Banyak hal yang menjadi pembahasan kami malam itu. Semua pesan yang masuk ku abaikan. Malam itu aku sangat bahagia.
Keesokan harinya adalah hari ulang tahunku. Aku sangat berharap orang pertama yang mengucapkan Ulang Tahun kepadaku adalah Rendra atau Kak’ Hendra. Namun aku kecewa setelah ku buka pesan masuk ku. Ternyata Kak’ Arya yang mengucapkan Ulang tahun pertama di usiaku yang ke – 15 dan sahabatku Sinta yang ke – 2. Sedikit rasa sedih menghampiriku namun aku tetap tersenyum.
Aku berangkat ke sekolah. Di sekolah sahabatku Ririn yang mengucapkan Ulang tahun ke – 3 kepadaku. Aku senang.
Sepulang sekolah ku buka pesan masuk dan lagi – lagi ku harap itu pesan dari Rendra. Dan lagi aku harus kecewa pesan itu ternyata dari Deni sedikit terobati rasa sedih ku.
From : Manusia Aneh
Hy.? Maaf yah telat ngucap HBDnya. Aku ketiduran semalam. :)
Happy Birthday Tasya. Semoga panjang umur, tambah cantik, tambah rajin, dan sehat selalu. Jangan sedih terus yah. Umur makin tambah makin dewasa. Harus sabar menghadapi cobaan. Aku akan selalu mendukungmu. J Have a nice day, bidadari. :)
Aku tersenyum membaca pesan dari Deni lalu ku tekan reply.
To : Manusia Aneh
Iya. Nggak apa – apa. Thanks yah ucapannya.
Percakapan pesan singkat itu terus berlanjut hingga aku terlelap.
Malam harinya. Saat aku sedang tertawa dengan percakapanku bersama Deni di pesan singkat pesan dari kak’ Hendra
From : Kak’ Hendra
Maaf yah dek terlambat ngucapin Ulang tahunnya. Namun tidak ada kata terlambat untuk seseorang sepertimu. Kakak ucapkan selamat ulang tahun semoga panjang umur, sehat selau, makin cantik, makin pintar, makin sholeha, makin rajin. I Miss You. :)
Cukup senang dan terkejut aku membaca pesan singkat kak’ Hendra. Kemudian ku balas pesan singkat tersebut.
To : Kak’ Hendra
Makasih ucapannya kak’.
From : Kak’ Hendra
Iya. Sama – sama dek.
Kembali aku focus dengan Deni. Ceritapun mengalir. Tak lama Pesan dari sahabatku Rendra. Aku sangat senang melihat namanya terpampang di layar Hp ku. Tanpa membuang waktu ku buka pesan itu.
From :T_Rendra
Tidak saya sangka ternyata kita Tasya orang seperti itu.!
Dekkk.!! Aku terkejut. Pesan macam apa ini dari seorang sahabat.
To : T_Rendra
Ada apa Ren.? Aku nggak ngerti. :/
From : T_Rendra
Kenapa kau berkata seperti itu.
Aku semakin heran. Tanpa membuang waktu ku telfon Rendra. Rendra bercerita. Ternyata semua karena sahabatku Sinta yang memfitnahku. Di akhir telfon Rendra mengucapkan selamat ulang tahun namun tak ku terima ucapanya, hati ku sudah terlanjur sakit, air mataku pun tak mampu ku tahan lagi dan ku tahan emosi ku yang meluap – luap. Ku putuskan sambungan tersebut. Aku menangis sepuasnya. Aku tak menyangka sahabatku memberikan kado ulang tahun seperti ini dan orang yang paling kusayangi tega berkata seperti itu kepadaku,di hari bahagiaku. Air mataku terus mengalir. Deni sudah sejak tadi menelfonku, dia hanya diam membiarkanku larut dalam kesedihanku dia terus mendengarku menangis.
Setelah puas menangis, ku seka air mataku. Kutarik nafas dalam – dalam. Hingga Deni berbicara.
Deni : Tasya sudahlah. Lo jangan nangis terus. Ok.? Sekarang lo telfon balik Rendra. Selesaikan masalah lo.!
Tasya : Thanks yah Den. Lo udah baik banget sama gue.
Deni : No problome.
Setelah itu ku telfon kembali Rendra. Aku meminta maaf dan pamit tidak akan mengganggu kehidupannya lagi. Berulang kali iya meyakinyanku seolah semuanya tak pernah terjadi, namun hati tetap hati. Sekali tergores, meskipun sembuh bekasnya akan tetap ada. Hatiku sudah terlanjur sakit.


Aku terus berlari menghampirinya, mengejarnya namun tak sekalipun dia melirik ke belakang, dia terus berjalan. Aku berlari namun tak kunjung ku mampu menggapainya, seakan terdapat tembok yang membatasi dan tak mampu ku tembus meskipun dengan berbagai usahaku. Lama, lama, lama aku mencoba terus mengejarnya namun tak ada tanda - tanda sebuah keberhasilan.
Sejak saat itu hubunganku dengan Rendra semakin renggang, di hari awal aku mulai menghindarinya sering ku mengiriminya 50 pesan kosong hingga suatu malam ia sangat marah. Di saat itulah aku menjauh darinya. Aku mendiami Sinta di sekolah selama seminggu namun ku putuskan untuk memaafkannya.
Waktu terus berjalan aku semakin dekat dengan Deni dan Kak’ Arya. Akupun masih sering bertukar pesan dengan kak’ Hendra meskipun tak sesering mungkin. Kak’ Arya berulang kali menyatakan perasaannya kepadaku namun ku tolak dengan alasan yang sama saat aku menolak kak’ Hendra, lagipula Kak’ Arya ku anggap sebagai kakak. Sulit bagiku merubah perasaanku. Selain itu rasa suka ku pada Rendra masih tetap tak berubah sedikitpun.
Di bulan oktober. Di suatu malam Deni menyatakannya perasaannya kepadaku.
Deni : Tasya ada yang pengen aku omongin.
Tasya : Ada apa Den.?
Deni : Aku suka kamu
Dekkkk.!!! Aku terkejut
Tasya : Den, kamu kan tahu aku masih menyayangi Rendra. Bagaimana aku bisa menerimamu ketika ada orang lain yang menguasai fikiranku. Aku minta maaf, Den.
Deni : Tidak apa – apa Tas. Aku mengerti kok.
Tasya : Deni, kau jangan marah yah.? Kau tidak akan pergi kan.?
Deni : Aku tidak akan pergi Tasya. Aku akan selalu ada dibelakangmu, mendukung, menyemangati, dan mengingatkan kau dalam setiap langkahmu. :)
Tasya : Thanks Den. :)
Malam itu aku sangat senang. Entah mengapa aku takut kehilangan sosok Deni yang belum lama ini hadir di kehidupanku. Entahlah Aku tak tahu. Aku tahu ada Deni disisiku tempat ku bercerita. Namun aku tidak pernah menganggap Deni sebagai sahabat. Entahlah, ku harap kebingunganku sekarang akan terjawab nantinya. :)



Sampai disini cerita ku sahabat, tunggu kelanjutannya yah ..... :)



~Ozoga~

Tidak ada komentar: