I
BELIEVE HE IS DIFFERENT (Part I)
“Aku akan selalu ada dibelakangmu,
mendukung, menyemangati, dan mengingatkan kau dalam setiap langkahmu” :)
Bulan
itu bulan juli. Bulan yang menjadi awal perkenalan aku dan dia.
Saat
itu aku sedang duduk disebuah gedung resepsi pernikahan, aku sedang menghadiri
acara resepsi pernikahan sepupu mama. Sesekali aku mengaduk es krim ditanganku
dan memandanginya. Entahalah Apa yang ada difikiranku saat itu, aku merasa
jenuh, tak ada teman yang bisa ku ajak berbicara.
Tiba
- tiba aku merasa ada seseorang yang
menghampiriku dan duduk di kursi sebelah ku. Aku berpaling melihatanya, seorang
remaja lawan jenisku. Aku kembali berpaling memandang es krimku.
Aku
merasa ia memperhatikanku. Aku agak risih. Tak lama ia mulai berbicara.
“Tasya.?”
Tanyanya kearahku
“Ya.
Maaf, apakah kau mengenalku.?” Tanyaku heran yang mengetahui namaku
“Ya.
Aku mengenalmu. Aku Deni. Kau tak ingat.?” Tanyanya kembali kepadaku.
“Maaf,
aku benar – benar tak mengenalmu” kataku polos lalu kembali mengaduk – aduk es
krimku
“Bawa
HP.?” Tanya yang bernama Deni lagi kepadaku
“Ya”
jawabku singkat
“Boleh
kupinjam.?” Tanyanya sambil mengulurkan tangannya meminta
Aku
terdiam sesaat. Seakan otak dan fikirinku menggerakkan tanganku mengulurkan Hp
ku kepada Deni.
Deni
menerima Hpku dan terlihat ia sedang mengetikkan nomor dan terdengar lagu lama
milik Acha dan Irwansyah, “My Heart”. Ia merogoh saku celananya dan ternyata
itu Hp Deni. Kemudian Deni memberikan Hp ku kembali.
“Ok.
Thanks. Aku akan menghubungimu” kata Deni dengan mengacungkan Hpnya dan
berlalu.
Aku
masih terdiam tak sadar dan tak tahu apa yang sedang terjadi. Aku hanya melihat
punggung Deni yang semakin menjauh.
Aku
memperhatikan Deni yang sedang berbincang dan tertawa bersama entahlah.
Aku mengenal beberapa dari mereka. Salah
satunya adalah tante kecilku yang terlihat sangat akrab dengan Deni.
“Yah
sudahlah. Ntar juga tau” kataku dalam hati.
Acara
resepsi pernikahan sepupu mama berakhir. Aku sangat senang. Kejenuhankupun
berakhir.
“Tasya.?”
Seseorang memanggilka. Aku berbalik, ku lihat Deni berjalan menghampiriku
bersama Mbak Lisa, tante yang berusia sama denganku.
“Ada
apa mbak.?” Tanyaku pada mbak LIsa
“Foto
bareng dulu yuk” Ajak Lisa menarik tanganku
Aku
sebenarnya tak ingin, namun tak dapat pula ku tolak.
“Den,
foto gue dulu deh” kata mbak Lisa kepada Deni
Aku
meperhatikan Deni, ternyata Deni membawa kamera yang sedang digantungkan di
lehernya.
“Ok.
Senyum yah” kata Deni dengan mengambil pose ala photographer.
Aku
terpaksa tersenyum. Deni mengambil gambar, dilihatnya kameranya.
“Ahh,
senyumnya terpaksa amet sih” kata Deni kepadaku
Aku
merasa gondok.
“Ulang
aja deh” kata Lisa
“Ok”
timpal Deni
Mereka
berdua mengambil keputusan begitu saja tanpa bertanya kepadaku. Aku merasa
jengkel. Namun aku kembali tersenyum. Terlihat Deni merasa puas.
“Ok.
Ini bagus” kata Deni
“Eh.
Lo lagi sini foto bareng Tasya” kata Lisa yang dengan sekejap mengambil kamera
dari leher Deni.
Aku
terkejut namun aku kembali berfoto dengan Deni. Ada rasa canggung juga sih.
Setelah
itu Deni melihat hasil jepretan Lisa.
“Ok
juga. Lo Lis” puji Deni
“Lisa
gitu loh” Yang dipuji menimpali
Tak
lama mama mama menghampiri kami.
“Tasya,
ayo pulang” kata mama kepadaku
Mama
melihat ke arah mbak Lisa dan Deni.
“Ehh,
Deni. Sama siapa.?” Tanya mama kepada Deni yang seolah kenal
“Sama
mama. Bude” jawab Deni
“Mamamu
mana.?” Tanya mama lagi
“Lagi
sama temannya Bude” jawab Deni lagi
“Tasya.
Mas Deni sepupumu, anaknya Bude Linta” kata mama kepadaku
Aku
mencoba mengingat. Ohh.! Aku ingat
“Oh
ya.? Aku baru tau ma” kataku tersenyum kepada Deni dan Deni membalas senyumku
“Baiklah
nak. Bude pulang dulu” kata mama ku pamit
“Iya
bude” timpal Deni dan mbak Lisa
“Ok.
Mbak aku pulang dulu” kataku pada mbak Lisa
“ok.”
Balas mbak Lisa
“Mas,
Den. Duluan” kataku lalu berbalik, aku ternyum dengan kata – kataku juga. Dan
ku lihat Denipun merasa heran dan terkejut dengan ucapanku.
Keesokan
harinya aku kembali ke Bantaeng.
Malam
harinya dirumah, saat aku sedang sibuk membalas pesan – pesan yang masuk di Hp ku, ku dapati no. yang tak ku
kenal.
From : 085242xxxxxxxxxx
Malam. J
Aku
memperhatikan no. tersebut namun tetap aku tak mengenalnya
To : 085242xxxxxx
Ya. Maaf, siapa.?
Selang
beberapa menit.
From : 085242xxxxxx
Deni. Lupa.?
Aku
mengingat – ngingat nama Deni, terlintas di fikiranku resepsi pernikahan.
To : 085242xxxxxx
Mas Deni gitu.?
Ku
balas pesannya dengan bertanya balik, meyakinkan kalau itu memang Deni yang ku
kenal di resepsi pernikahan sepupu mama. Tak lama hp ku kembali bergetar.
From : 085242xxxxxx
Ya. Dan nggak usah pakai mas ahh.
Kayak bapak – bapak aja. -_-
Yah
dan ternyata memang benar dia.
To : 085242xxxxxx
Ada apa Deni.? Ada yang bisa ku
bantu.?
From : 085242xxxxxx
Tidak. Hanya sekedar menyapa saja.
Bagaimana kabarmu.?
To : 085242xxxxxx
Alhamdulillah Baik. Kamu.?
From : 085242xxxxxx
Baik juga.
Peran itupun berlanjut hingga aku terlelap dengan Headset yang masih berada di
telingaku ketika ku terbangun di pagi hari.
Ku
buka Hp ku. 4 kotak masuk.
From : 085242xxxxxx
Have a nice dream. J
Kubuka
pesan selanjutnya. Dan ternyata dari sahabat ku.
From : T_Rendra
Ok. Zowb.
Aku
tersenyum membaca sms Rendra. Ok. Sedikit tentang Rendra. Dia adalah cowok yang
ku suka sejak pertama ku lihat. Sekarang aku menjadi sahabatnya. Dia adalah
kekasih temanku Tita. Entah apa yang ku suka darinya, dia tidak terlalu gagah,
dia tidak terlalu pintar, tak ada yang begitu special, namun aku menyukainya.
Sms
selanjutnya dari Kak’ Hendra. Aku sudah lama akrab dengannya, diapun pernah
menyatakan perasaannya kepadaku, namun ku tolak dengan halus dengan alasan aku
belum ingin berpacaran dan akhirnya kami dekat sebagai kakak adik.
From : Kak’ Hendra
Jangan lupa sholat dek., Have a
nice dream.
Wsl….
Pesan
selanjutnya dari Kak’ Arya yang akrab denganku akhir – akhir ini. Aku kenal
dengannya karena telfon salah sambung pada pukul 2 dini hari di nomor adik ku.
Keesokan harinya adek ku menelfon balik karena merasa jengkel. Tanpa ucap salam
adek langsung saja memarahi kak’ Arya. Kemudian atas nama adik ku aku meminta
maaf kepadanya menggunakan nomorku. Di situlah awal keakrabanku dengannya.
From : Kak’ Arya
Sudah sana tidur.! Jangan begadang
melulu.!
Ku
lihat jam. Pukul 5.30. aku bergegas bangun dan berwudhu untuk shalat. Setelah
shalat aku berangkat sekolah. Bulan ini adalah bulan pertamaku di SMA. Tepatnya
Di SMAN 1 Bantaeng.
SMAN
1 Bantaeng menggunakan kurikulum baru dimana kelas 1 sudah memilih jurusan yang
namanya diganti dengan peminatan. Aku mengambil peminatan Sains. Dan aku
bersyukur masuk di kelas X Sains 1 . Dan Aku sekelas dengan sahabatku Ririn dan
Sinta. Aku duduk dengan Ririn yang memang sudah kuanggap lebih dari sahabat.
Aku menganggapnya seperti saudaraku sendiri.
Hari
– hari terus berlalu, hingga bulan ramadhan pun berlalu. Aku semakin akrab
dengan Deni dan kak’ Arya. Sekarang Kak’ Hendra sudah punya pacar namanya Firda
namun aku masih akrab dengannya. Dan Hubunganku dengan sahabatku Rendra
merenggang, karena sekarang Rendra sudah mengetahui perasaanku terhadapnya. Aku
sangat sedih aku merasa sangat kehilangannya. Sempat aku lost contact
dengannya, namun beberapa hari aku kembali bisa berkomunikasi kembali dengannya
meskipun tak seperti dulu lagi. Seolah ia menjaga jarak denganku. Hal itu
sangat menyakitiku. Namun aku hanya bercerita kepada sahabatku Sinta yang juga
kenal dengan Hendra dan sempat pula aku bercerita dengan Deni yang sekarang
juga tempatku bercerita, ia selalu mendukung dan mensehatiku.
Belakangan
ini aku sudah tahu banyak tentang Deni. Deni adalah anak tunggal, dia pintar
dan lumayan gagah. SMP dia hanya 2 tahun (Akselerasi).Namun SMA ia tak
melanjutkan Akselerasinya dengan alasan ia ingin menikmati sekolahnya, Namun
menurutku ia tetap tak menikmati sekolahnya banyak Les dan eskul yang di
ikutinya. Salah satunya adalah Basket. Deni memang hebat.
Waktu
terus berlalu, malam sebelum ulang tahunku. Aku sempat akrab dengan Rendra.
Lama aku menelfon dengannya. Banyak hal yang menjadi pembahasan kami malam itu.
Semua pesan yang masuk ku abaikan. Malam itu aku sangat bahagia.
Keesokan
harinya adalah hari ulang tahunku. Aku sangat berharap orang pertama yang
mengucapkan Ulang Tahun kepadaku adalah Rendra atau Kak’ Hendra. Namun aku
kecewa setelah ku buka pesan masuk ku. Ternyata Kak’ Arya yang mengucapkan
Ulang tahun pertama di usiaku yang ke – 15 dan sahabatku Sinta yang ke – 2.
Sedikit rasa sedih menghampiriku namun aku tetap tersenyum.
Aku
berangkat ke sekolah. Di sekolah sahabatku Ririn yang mengucapkan Ulang tahun
ke – 3 kepadaku. Aku senang.
Sepulang
sekolah ku buka pesan masuk dan lagi – lagi ku harap itu pesan dari Rendra. Dan
lagi aku harus kecewa pesan itu ternyata dari Deni sedikit terobati rasa sedih
ku.
From : Manusia Aneh
Hy.? Maaf yah telat ngucap HBDnya.
Aku ketiduran semalam. :)
Happy Birthday Tasya. Semoga
panjang umur, tambah cantik, tambah rajin, dan sehat selalu. Jangan sedih terus
yah. Umur makin tambah makin dewasa. Harus sabar menghadapi cobaan. Aku akan
selalu mendukungmu. J Have a nice day, bidadari. :)
Aku
tersenyum membaca pesan dari Deni lalu ku tekan reply.
To : Manusia Aneh
Iya. Nggak apa – apa. Thanks yah
ucapannya.
Percakapan
pesan singkat itu terus berlanjut hingga aku terlelap.
Malam
harinya. Saat aku sedang tertawa dengan percakapanku bersama Deni di pesan
singkat pesan dari kak’ Hendra
From : Kak’ Hendra
Maaf yah dek terlambat ngucapin
Ulang tahunnya. Namun tidak ada kata terlambat untuk seseorang sepertimu. Kakak
ucapkan selamat ulang tahun semoga panjang umur, sehat selau, makin cantik,
makin pintar, makin sholeha, makin rajin. I Miss You. :)
Cukup
senang dan terkejut aku membaca pesan singkat kak’ Hendra. Kemudian ku balas
pesan singkat tersebut.
To : Kak’ Hendra
Makasih ucapannya kak’.
From : Kak’ Hendra
Iya. Sama – sama dek.
Kembali
aku focus dengan Deni. Ceritapun mengalir. Tak lama Pesan dari sahabatku
Rendra. Aku sangat senang melihat namanya terpampang di layar Hp ku. Tanpa
membuang waktu ku buka pesan itu.
From :T_Rendra
Tidak saya sangka ternyata kita
Tasya orang seperti itu.!
Dekkk.!!
Aku terkejut. Pesan macam apa ini dari seorang sahabat.
To : T_Rendra
Ada apa Ren.? Aku nggak ngerti. :/
From : T_Rendra
Kenapa kau berkata seperti itu.
Aku
semakin heran. Tanpa membuang waktu ku telfon Rendra. Rendra bercerita.
Ternyata semua karena sahabatku Sinta yang memfitnahku. Di akhir telfon Rendra mengucapkan
selamat ulang tahun namun tak ku terima ucapanya, hati ku sudah terlanjur
sakit, air mataku pun tak mampu ku tahan lagi dan ku tahan emosi ku yang meluap
– luap. Ku putuskan sambungan tersebut. Aku menangis sepuasnya. Aku tak
menyangka sahabatku memberikan kado ulang tahun seperti ini dan orang yang
paling kusayangi tega berkata seperti itu kepadaku,di hari bahagiaku. Air
mataku terus mengalir. Deni sudah sejak tadi menelfonku, dia hanya diam
membiarkanku larut dalam kesedihanku dia terus mendengarku menangis.
Setelah
puas menangis, ku seka air mataku. Kutarik nafas dalam – dalam. Hingga Deni
berbicara.
Deni : Tasya sudahlah. Lo jangan
nangis terus. Ok.? Sekarang lo telfon balik Rendra. Selesaikan masalah lo.!
Tasya : Thanks yah Den. Lo udah baik
banget sama gue.
Deni : No problome.
Setelah
itu ku telfon kembali Rendra. Aku meminta maaf dan pamit tidak akan mengganggu
kehidupannya lagi. Berulang kali iya meyakinyanku seolah semuanya tak pernah
terjadi, namun hati tetap hati. Sekali tergores, meskipun sembuh bekasnya akan
tetap ada. Hatiku sudah terlanjur sakit.
Aku
terus berlari menghampirinya, mengejarnya namun tak sekalipun dia melirik ke
belakang, dia terus berjalan. Aku berlari namun tak kunjung ku mampu
menggapainya, seakan terdapat tembok yang membatasi dan tak mampu ku tembus
meskipun dengan berbagai usahaku. Lama, lama, lama aku mencoba terus mengejarnya
namun tak ada tanda - tanda sebuah keberhasilan.
Sejak
saat itu hubunganku dengan Rendra semakin renggang, di hari awal aku mulai
menghindarinya sering ku mengiriminya 50 pesan kosong hingga suatu malam ia
sangat marah. Di saat itulah aku menjauh darinya. Aku mendiami Sinta di sekolah
selama seminggu namun ku putuskan untuk memaafkannya.
Waktu
terus berjalan aku semakin dekat dengan Deni dan Kak’ Arya. Akupun masih sering
bertukar pesan dengan kak’ Hendra meskipun tak sesering mungkin. Kak’ Arya
berulang kali menyatakan perasaannya kepadaku namun ku tolak dengan alasan yang
sama saat aku menolak kak’ Hendra, lagipula Kak’ Arya ku anggap sebagai kakak.
Sulit bagiku merubah perasaanku. Selain itu rasa suka ku pada Rendra masih
tetap tak berubah sedikitpun.
Di
bulan oktober. Di suatu malam Deni menyatakannya perasaannya kepadaku.
Deni : Tasya ada yang pengen aku
omongin.
Tasya : Ada apa Den.?
Deni : Aku suka kamu
Dekkkk.!!! Aku terkejut
Tasya : Den, kamu kan tahu aku
masih menyayangi Rendra. Bagaimana aku bisa menerimamu ketika ada orang lain
yang menguasai fikiranku. Aku minta maaf, Den.
Deni : Tidak apa – apa Tas. Aku
mengerti kok.
Tasya : Deni, kau jangan marah
yah.? Kau tidak akan pergi kan.?
Deni : Aku tidak akan pergi Tasya.
Aku akan selalu ada dibelakangmu, mendukung, menyemangati, dan mengingatkan kau
dalam setiap langkahmu. :)
Tasya : Thanks Den. :)
Malam
itu aku sangat senang. Entah mengapa aku takut kehilangan sosok Deni yang belum
lama ini hadir di kehidupanku. Entahlah Aku tak tahu. Aku tahu ada Deni
disisiku tempat ku bercerita. Namun aku tidak pernah menganggap Deni sebagai sahabat.
Entahlah, ku harap kebingunganku sekarang akan terjawab nantinya. :)
Sampai disini cerita ku sahabat, tunggu kelanjutannya yah ..... :)
~Ozoga~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar