Hay.?

Aku dengan caraku. Karena Aku Berbeda.
Aku Berbeda. Maka Bedakan Aku

Kamis, 24 April 2014

ANTARA AKU DAN DIA

ANTARA AKU DAN DIA

Semuanya terjadi begitu saja berawal dari kebersamaanku mengikuti suatu lomba dengan di damping oleh seorang guruku. Dia adalah seorang cowok yang cerdas, jenius dia sangat baik memang dia tidaklah begitu gagah namun kebaikan dan kecerdasan yang di milikinya yang membuatku ingin mengetahui dia lebih jauh. Dia orangnya sangat baik, itu menurutku. Kami berdua sering mengikuti lomba sehingga keakraban mendatangi kami. Karena keakraban,  kami sering bertukar pikiran dan terkadang juga kami berdebat karena satu permasalahan yang kami berbeda pendapat, meskipun kami sering berdebat namun tidak mambuat kami merasa tidak di hargai atau apalah, namun jarang kami berdebat tentang masalah-masalah yang tidak terlalu penting terkadang kami berdebat tentang pelajaran atau permasalahan sekitar lingkungan, karena seringnya terjadi perdebatan di antara kami berdua tidak membuat kami marah namun kami berdua semakin akrab, bertukar pikiran atau berdebat aku menyukainya. Dia memang baik namun ada satu sifat yang kurang baik di milikinya yaitu dia suka atau mudah marah, namun ini kata orang, aku belum mempercayainya karena selama aku kenal dan akrab dengannya belum pernah dia memarahiku.
Namaku Rildanata Lailina aku biasa di sapa Ailin, aku masih duduk di bangku SMA Dan cowok itu bernama Risky. Tempat kami berdua sering bertukar pikiran yaitu di perpustakaan sekolah. Awalnya hanya aku yang sering ke perpustakaan sekolah yaitu setiap jam istirahat setelah aku jajan di kantin sekolah.  Aku dan Risky sering di tunjuk oleh guru kami untuk mewakili sekolah dalam berbagai lomba, sebenarnya aku juga lumayan pintar sih namun tidak sebanding dengan kepintaran Risky, karena seringnya bersama akhirnya suatu hari Risky bertanya kepadaku waktu itu kami sedang istirahat sehabis lomba.
“Ailin kamu suka membaca yah.?”
“Yah lumayan” jawabku
“Pantas saja setiap jam istirahat aku ngeliat kamu di perpus”
“Yah.? Kamu sering ngeliatin aku yah.?” godaku ku
“Ya enggaklah, orang Cuma ngeliat kalau aku lewat depan perpustakaan”
“OOooo… Emangnya kenapa???”
“Nggak”
“Nggak??? Kata yang ku benci!!!”
“Ok … aku juga suka membaca tapi kalau di perpustakaan sekolah aku malas, habis kotor sih”
“OO … menurutku kalau kita punya kemauan membaca dimana saja bisa”
Risky tak menanggapi ucapanku.
Keesokan harinya pas jam istirahat Risky sudah ada di dalam perpustakaan saat aku datang, aku terkejut dan Riskypun memanggilku.
“Ailin ayo duduk di sini.!” kata Risky
Akupun menuju Risky, di sinilah awal keakraban kami, kami sering bersama pergi ke perpustakaan sekolah dan pulang bersama. Aku terlihat sangat akrab dengan Risky hingga semua orang mengira aku pacaran dengan Risky. Hari demi hari, bulan demi bulan berlalu. Hingga muncul perasaan yang berbeda. Sebenarnya sudah dari dulu, namun belum seberapa sih dan ternyata Risky juga mengalami itu.
“Lin.?” panggil Risky suatu hari di perpustakaan
“Ada apa Ris.?” tanyaku
“Kamu ada merasa berbeda nggak di antara kita selama ini.?”
“Maksud kamu apa Ris.?” tanyaku heran
“Dulu kita hanya sekedar teman dekat yang sering bersama mengikuti lomba, sekarang aku ingin kamu jadi pacarku”
Aku tertawa dengan kubuat-buat …
“Lin mengapa kamu tertawa.?”
“Ris kamu sudah gila nembak aku.?”
“Kenapa aku gila.?”
“Apa yang kamu bisa harapkan dariku.?”
“Kesabaranmu, kecerdasan yang kamu miliki”
“Aku nggak cerdas dan aku orangnya nggak sabaran.”
“Itu menurutmu tapi menurutku tidak”
“Sorry Ris aku nggak mau pacaran dulu”
“Kamu nggak mau atau di larang sama orang tua kamu.?”
“Aku di larang dan lagi pula aku juga yang nggak mau pacaran”
“Lin kita udah terlalu dekat dan akrab”
“Bukan berarti kita harus pacaran Ris aku ingin kita sebatas teman atau sebatas sahabat saja”
“Lin aku sangat sayang sama kamu aku suka kamu Lin.”
“Iya Ris aku tahu, aku juga suka sama kamu tapi usia dan keinginanku yang membatasi kita, Ris. Aku mohon jangan paksa aku.”
Risky terkejut dengan penuturanku. Ia terdiam lama. Keheninganpun tercipta, hingga ia kembali berbicara.
“Baiklah aku nggak akan memaksa kamu tapi kalau kamu ingin pacaran beritahu aku, aku janji Lin aku nggak akan pernah menyukai orang lain selain kamu cukuplah kamu wanita yang ku suka dan kamu akan menjadi orang pertama dan terakhir yang ku suka”
Ailin hanya tersenyum.
Beberapa bulan kemudian Aku dan Risky sibuk dengan belajar sebentar lagi aku akan ujian kelulusan.
Setelah ujian.  Aku akan kuliahku di kota Yogyakarta. Pada saat pengumuman hasil ujian ternyata sekolahku lulus 100%.
Perpisahan sekolah aku memberitahu Risky.
“Ris aku akan melanjutkan sekolahku di Yogyakarta”
Risky terkejut …
“Mengapa terlalu jauh Lin.?”
“Ini sudah menjadi kemaunku dan kemaun orang tuaku”
“Lin kita akan semakin jauh”
Aku hanya terdiam dan tak lama Handphoneku berbunyi,  ternyata mamaku …
“Ya ma.? ada apa.?” tanyaku setelah mengangkat telpon

“Sayang, kamu cepat pulangnya. mama udah minta izin ke gurumu.  2 jam lagi kita berangkat”

“Iya ma”
Aku duduk kembali. Risky terlihat sangat sedih.
“Sudahlah Ris jangan sedih kayak gini. Aku nggak akan pergi selamanya kan. Ris.?”
“Lin, mengapa kau masih terlihat kuat.? Apakah kau tidak menyukaiku lagi.?”
Aku memeluk Risky. Ku berkata dalam hati.
“Aku sangat, sangat menyukaimu, Ris. Namun ini perpisahan, aku harus pergi jauh darimu, aku harus mengejar cita – cita ku. Aku tidak bisa memikirkan masalah hati untuk saat ini Ris. Dan salah satu diantara kita harus ada yang kuat, agar perpisahan ini bisa terjadi”
“Ris aku minta maaf dua jam lagi aku berangkat, mamaku udah nelfon, aku harus pulang, jaga dirimu baik-baik aku sayang kamu, kalau aku memang di ciptakan hanya untuk kamu dan kamu di ciptakan hanya untuk aku, pasti kita akan bertemu dan bersatu. Selamat tinggal yah Ris aku sayang kamu”
Terpaksa Risky harus melepaskan kepergianku saat aku pergi aku sempat berbalik kulihat Risky duduk dengan kedua tangan menutup wajahnya.
Hatiku terasa sakit melihatnya. Ingin aku berbalik dan berlari ke arahnya. Memeluknya dan berkata aku tidak akan pergi. Namun aku tidak bisa, aku tidak punya pilihan selain pergi.
“Maafkan aku. Risky. Aku tidak bisa mengorbankan harapan orang tua ku dan cita – citaku hanya karena permasalahan hati”
Aku berjalan dengan air mata dan semakin menjauh. :’(

~~~ THE END ~~~


~Ozoga~


 

Tidak ada komentar: